Ntvnews.id, Caracas - Presiden Venezuela Nicolas Maduro disebut telah kehabisan langkah setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak serangkaian permintaan yang dia ajukan dalam percakapan telepon bulan lalu.
Dalam percakapan tersebut, Maduro menyatakan kesediaannya untuk mundur dan meninggalkan Venezuela, dengan syarat memperoleh jaminan keamanan dari AS.
Dilansir daari Reuters, Rabu, 3 Desember 2025, Trump, mengonfirmasi bahwa dirinya berbicara lewat telepon dengan Maduro, namun tidak bersedia menjelaskan isi pembicaraan tersebut. Percakapan telepon itu, yang berlangsung singkat pada 21 November, terjadi beberapa bulan setelah ketegangan antara Caracas dan Washington kembali meningkat.
Menurut empat sumber yang mengetahui isi pembicaraan kedua pemimpin itu, Maduro mengatakan kepada Trump bahwa ia siap meninggalkan Venezuela asalkan ia dan keluarganya diberikan amnesti hukum penuh.
Amnesti tersebut, berdasarkan keterangan tiga sumber, mencakup pencabutan seluruh sanksi AS serta penghentian kasus penting yang sedang ia hadapi di Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Baca Juga: Ketegangan AS–Venezuela Meningkat, Trump Akui Berkomunikasi dengan Maduro
Maduro, menurut tiga sumber yang dikutip Reuters, juga meminta pencabutan sanksi atas lebih dari 100 pejabat pemerintah Venezuela yang dituduh oleh AS terlibat dalam pelanggaran HAM, perdagangan narkoba, atau korupsi.
Dua sumber lainnya menambahkan bahwa Maduro meminta Wakil Presiden Venezuela, Delcy Rodriguez, untuk memimpin pemerintahan sementara menjelang pemilu baru.
Namun, Trump menolak sebagian besar permintaan tersebut dalam percakapan yang berlangsung kurang dari 15 menit itu.
Arsip - Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan saat perjalanan ke Tokyo di pesawat Air Force One, Senin 27 Oktober 2025. ANTARA FOTO/REUTERS/Evelyn Hockstein/agr (Antara)
Meski begitu, Trump memberi tahu Maduro bahwa ia memiliki waktu satu minggu untuk meninggalkan Venezuela bersama keluarganya menuju lokasi pilihannya sendiri.
Dua sumber Reuters menyebut bahwa batas waktu tawaran "jalur pelarian aman" itu berakhir pada Jumat, 28 November 2025, yang kemudian membuat Trump memutuskan pada Sabtu, 29 November 2025 untuk menutup wilayah udara Venezuela.
Gedung Putih menolak berkomentar atas laporan tersebut, sementara Kementerian Informasi Venezuela belum memberikan pernyataannya.
Baca Juga: Trump Ancam Tutup Total Ruang Udara Venezuela
AS terus meningkatkan tekanan terhadap Venezuela dengan berbagai cara, mulai dari serangan terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di Karibia, ancaman Trump untuk memperluas operasi militer AS ke daratan, hingga penetapan Kartel de los Soles yang oleh Washington disebut dipimpin Maduro sebagai organisasi teroris asing.
Maduro dan pemerintahannya membantah seluruh tuduhan kriminal tersebut. Mereka menuduh AS berusaha melakukan perubahan rezim demi menguasai sumber daya alam Venezuela yang melimpah, termasuk minyak.
Saat berpidato di depan para demonstran di luar Istana Kepresidenan Caracas pada Senin, 1 Desember 2025, Maduro menegaskan bahwa ia akan memberikan “kesetiaan mutlak” kepada rakyat Venezuela di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS, serta bertekad mempertahankan kedaulatan negara itu.
Ilustrasi - Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. ANTARA/Anadolu/pri. (Antara)