Abad ke-21 jadi turbulensi terkuat yang menimpa Como. Kebangkitan singkat ke Serie B sempat dirusak oleh oleh insiden kekerasan yang mengerikan dalam pertandingan melawan Modena, yang mengakibatkan kapten Massimiliano Ferrigno dijatuhi larangan bermain selama tiga tahun.
Como memang berhasil kembali ke Serie A pada tahun 2002/03. Namun situasi yang tidak kondusif menyusul aksi kekerasan yang dilakukan penonton memaksa Como terusir dari Sinigaglia. Tanpa gairah, Como akhirnya hanya mampu finis di urutan kedua terbawah dan kembali ke Serie B.
Como 1907, klub milik pengusaha Indonesia berhasil promosi ke Serie A (Akun X Como 1907)
Degradasi beruntun tak hanya merusak reputasi klub. Keuangan Como juga morat-marit. Puncaknya adalah ketika Como 1907 dinyatakan bangkrut dan tak ada investor yang mau membeli sahamnya.
Masalah baru muncul pada musim 2016-17, memaksa klub tersebut dinyatakan gulung tikar dan dilelang. Namun siapa sangka, perubahan justru dimulai dari sini.
Pada lelang keempat, aset klub diakuisisi oleh Akosua Puni Essien, istri pesepakbola Ghana Michael Essien dan pengusaha asing pertama di sepak bola Italia (melalui perusahaannya F.C. Como S.r.l.). Sayang, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menolak permohonan F.C. Como sebagai penerus Como di Serie C.
Kehadiran Pengusaha Indonesia
Setelah menjuarai Putaran B Serie D, Como kembali ke sepak bola profesional pada tahun 2019. Sejak tahun 2019, klub ini kemudian diambil alih oleh perusahaan Indonesia Djarum Group yang dipimpin oleh Michael Hartono dan Robert Budi Hartono. Keluarga Hartono 'hanya' mengeluarkan 850 euro atau sekitar Rp5 Miliar untuk membeli Como. Mereka juga melunasi utang klub senilai 150 ribu euro.