Menteri ESDM Sedang Kaji Minyak dan LPG Bakal Jadi Komoditas Impor dari AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 9 Apr 2025, 16:45
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Bahlil Lahadalia Bahlil Lahadalia (Setpres)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa pemerintah tengah melakukan kajian terhadap potensi peningkatan impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat.

“Ini (minyak dan LPG) yang sedang kami kaji untuk kemudian dijadikan salah satu komoditas yang kita beli dari Amerika Serikat,” ucap Bahlil ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu, 9 Apri 2025.

Tujuan dari rencana peningkatan impor minyak dan LPG ini adalah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bahlil menjelaskan bahwa saat ini Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap Amerika Serikat sebesar 14–15 miliar dolar AS atau sekitar Rp237,06 triliun–Rp253,99 triliun (dengan kurs Rp16.933 per dolar AS).

Baca Juga: Respons Tarif Trump, Bahlil Siap Tambah Impor Minyak dan LPG dari AS

Untuk mengurangi ketimpangan tersebut, Presiden Prabowo Subianto memberikan instruksi kepada Bahlil agar meninjau berbagai potensi barang yang bisa dibeli dari Amerika Serikat.

Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi negosiasi yang akan diajukan kepada pihak Amerika Serikat setelah Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan kebijakan tarif resiprokal terhadap Indonesia sebesar 32 persen.

Bahlil menyebut bahwa 54 persen dari total impor LPG Indonesia sudah berasal dari Amerika Serikat. Selain itu, volume impor minyak dari negara tersebut juga terbilang besar.

Kajian yang dilakukan pemerintah mencakup evaluasi aspek keekonomian terhadap rencana peningkatan volume impor migas dari Amerika Serikat.

“Logikanya, seharusnya lebih mahal (impor dari AS) karena transportasinya. Tapi, buktinya harga LPG dari Amerika Serikat sama dengan dari Timur Tengah. Jadi, saya pikir semua ada cara untuk menghitung,” kata dia.

Meski Indonesia memiliki rencana untuk menambah impor minyak dan gas dari Amerika Serikat, Bahlil menegaskan bahwa tidak ada niat pemerintah untuk menghentikan impor migas dari negara lain seperti Singapura, Afrika, atau Timur Tengah.

“Tidak disetop, volumenya yang mungkin dikurangi,” ujar dia.

Baca Juga: Polri Selidiki 12 Laporan Terkait Kasus Minyak Goreng MinyaKita

Dengan begitu, peningkatan impor dari Amerika Serikat bersifat substitusi impor, bukan berarti terjadi kenaikan volume impor secara total.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya juga telah memastikan bahwa rencana alih impor ini tidak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Saat ditanya mengenai kemungkinan impor LNG dari Amerika Serikat, Bahlil menegaskan bahwa saat ini pemerintah hanya mempertimbangkan impor LPG dan minyak saja.

“Komoditas lainnya di sektor ESDM itu belum kami hitung karena belum ada kebutuhan juga. Jadi, soal (rencana impor) LNG, saya ngomongnya (impor) LPG aja,” kata Bahlil.

Sebagaimana diketahui, pada 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang mulai berlaku tiga hari setelah pengumuman.

Kebijakan tersebut diterapkan secara bertahap, dimulai dengan tarif umum sebesar 10 persen untuk seluruh negara sejak 5 April 2025, diikuti dengan tarif khusus bagi negara-negara tertentu, termasuk Indonesia, yang efektif berlaku pada 9 April 2025 pukul 00.01 EDT (11.01 WIB).

Berdasarkan kebijakan tarif terbaru itu, Indonesia dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen. Sementara itu, negara-negara ASEAN lain dikenakan tarif berbeda: Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Malaysia 24 persen, Kamboja 49 persen, Thailand 36 persen, dan Vietnam 46 persen.

x|close