Saham BRI Kembali Melemah, Analis Waspadai Risiko Kredit Macet

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Jul 2025, 15:21
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Ilustrasi Warga keluar dari Galeri e-Banking usai bertansaksi melalui ATM Bank BRI. Ilustrasi Warga keluar dari Galeri e-Banking usai bertansaksi melalui ATM Bank BRI. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/ama/aa.)

Ntvnews.id, Jakarta - Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali melanjutkan tren pelemahan. 

Pada sesi I perdagangan Jumat 4 Juli 2025, saham BRI tercatat turun 0,54 persen ke level Rp3.660. 

Kemudian memasuki sesi II pada pukul 14.51 WIB, saham BBRI kembali melemah ke posisi 3.650.

Pengamat pasar modal dari Panin Sekuritas Reydi Octa menilai, koreksi harga saham BBRI hingga ke level saat ini mencerminkan tren penurunan jangka panjang di sektor perbankan yang masih dibayangi aksi jual investor asing sejak awal 2025.

"Trend jangka panjang perbankan yang memang masih mengalami penurunan dari tekanan jual investor yang asing semenjak awal tahun 2025," ucapnya saat dihubungi Ntvnews.id, Jumat 2025.

Baca juga: KPK Sita Rp5,3 M terkait Korupsi Mesin EDC BRI, Hasil Geledah 7 Lokasi

Baca juga: Profil Indra Utoyo, Dirut Allo Bank yang Dicegah KPK Kasus Mesin EDC Bank BRI Senilai Rp2,1 Triliun

Tak hanya itu, kekhawatiran pasar juga meningkat akibat ketidakpastian kebijakan tarif dagang Trump. 

"Penerapan tarif dagang Trump terhadap mayoritas negara mitra dagang yang membuat kecemasan, walau sedang ditangguhkan namun masa penangguhannya akan jatuh tempo di tanggal 9 Juli ini," ungkapnya.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap saham-saham sektor perbankan. Terlebih BRI yang sangat bergantung pada sektor UMKM, kian rentan terhadap risiko kredit macet akibat bunga tinggi.

"Selama investor menanti kepastian dari tarif dagang ini, saham perbankan akan terus tertekan atau paling tidak sideways di zona harga yang rendah," jelas Reydi.

"Terutama BBRI yang banyak bergantung pada sektor UMKM yang tentu sangat berdampak dari suku bunga acuan yang tinggi yang dapat meningkatkan risiko NPL," tandasnya.

x|close