Biaya Transportasi Orang Indonesia Masih Tinggi, Tembus 12,46 Persen dari Biaya Hidup

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Sep 2025, 13:58
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Arsip foto - Sejumlah penumpang kereta listrik (KRL) Commuterline berjalan menuju pintu keluar Stasiun Tangerang di Banten, Kamis (29/12/2022). PT KAI Commuter menambah sebanyak 28 layanan perjalanan ke semua jurusan di Jabodetabek pada malam pergant Arsip foto - Sejumlah penumpang kereta listrik (KRL) Commuterline berjalan menuju pintu keluar Stasiun Tangerang di Banten, Kamis (29/12/2022). PT KAI Commuter menambah sebanyak 28 layanan perjalanan ke semua jurusan di Jabodetabek pada malam pergant (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyampaikan bahwa pengeluaran masyarakat untuk transportasi masih relatif tinggi. 

Ada pun biaya transportasi mencapai 12,46 persen dari total biaya hidup, sementara standar idealnya tidak lebih dari 10 persen berdasarkan data World Bank tahun 2023. 

“Biaya sebesar itu tentu menjadi beban bagi masyarakat. Dengan adanya integrasi tarif dan sistem pembayaran terpusat, beban itu bisa ditekan,” ucap Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda (Ditjen Intram) Kementerian Perhubungan, Risal Wasal dalam keterangannya, Rabu, 3 September 2025.

Selain faktor biaya, tantangan juga muncul dari tingginya mobilitas masyarakat. Di Jabodetabek saja, pergerakan harian mencapai lebih dari 75 juta perjalanan berdasarkan data BPTJ, 2023. 

Baca juga: Wamendagri Apresiasi Langkah ASN Wajib Gunakan Transportasi Umum Setiap Rabu di Jakarta

Menurutnya tanpa integrasi yang baik, arus mobilitas sebesar ini sulit dikelola secara efektif dan justru menambah beban biaya maupun waktu tempuh bagi masyarakat.

Ia menekankan bahwa digitalisasi pembayaran dengan sistem tap-in dan tap-out memiliki peran penting dalam menghasilkan data perjalanan. 

“Data dari perjalanan ini akan menjadi dasar untuk perencanaan kapasitas, penyusunan subsidi tarif, serta memastikan layanan angkutan umum benar-benar saling terhubung, terintegrasi, dan berlanjut,” ujarnya.

Menurut Risal, integrasi transportasi juga harus menjangkau simpul perkotaan hingga Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP) agar tidak hanya mobilitas masyarakat, tetapi juga distribusi logistik berjalan lancar. 

“Tugas kita bagaimana memastikan semuanya seamless, baik secara layanan maupun secara simpul,” tambahnya.

Baca juga: Wamendagri Bima Arya Apresiasi Pramono Soal Kebijakan Transportasi di Forum ASEAN 2025

Saat ini integrasi tarif antar moda transportasi telah diterapkan di Jakarta pada layanan TransJakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta. 

Tarif maksimum ditetapkan Rp10.000 untuk perjalanan lintas moda dalam tiga jam. 

Ke depan, Ditjen Intram akan memperluas integrasi ini dengan menghubungkan moda lain di bawah PT Kereta Api Indonesia, seperti KAI Commuter dan LRT Jabodebek.

“Langkah integrasi tarif ini menjadi pondasi menuju konsep yang lebih luas, yakni Mobility as a Service (MaaS). Dalam konsep ini, berbagai moda transportasi dapat direncanakan, dipesan, dan dibayar dalam satu platform terintegrasi. Dengan begitu, masyarakat akan menikmati perjalanan yang lebih mudah, murah, dan efisien,” tegas Risal.

x|close