Di masa lampau, Cap Go Meh juga dikenal sebagai momen bagi para muda-mudi mencari jodoh. Perempuan Tiongkok yang biasanya dilarang keluar rumah diizinkan berjalan-jalan di malam Cap Go Meh, sambil membawa lampion warna-warni. Tradisi ini berkembang menjadi ajang pertemuan cinta, menjadikan Cap Go Meh mirip dengan "Valentine versi Tiongkok."
Cap Go Meh bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga memiliki makna spiritual dan sosial, seperti:
Cap Go Meh dibawa ke Indonesia oleh para perantau Tionghoa pada abad ke-15. Seiring waktu, perayaan ini berbaur dengan budaya lokal, menghasilkan tradisi unik yang tidak ditemukan di Tiongkok.
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang terkenal di seluruh dunia karena ritual Tatung, di mana peserta melakukan atraksi ekstrem untuk mengusir roh jahat. Tradisi ini menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya.
Di Jawa, Cap Go Meh memiliki hidangan khas yaitu Lontong Cap Go Meh, perpaduan masakan Tionghoa dan Jawa yang kaya rasa. Ini menunjukkan bagaimana budaya Tionghoa beradaptasi dengan tradisi Nusantara.
Selain di Indonesia, Cap Go Meh juga dirayakan meriah di berbagai negara:
Cap Go Meh adalah perayaan penuh makna yang sudah berlangsung selama ribuan tahun. Berawal dari tradisi Tiongkok kuno, Cap Go Meh kini berkembang menjadi festival lintas budaya di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di balik kemeriahan festival lampion, tarian barongsai, dan sajian khasnya, Cap Go Meh mengajarkan nilai-nilai penting tentang harapan, kebersamaan, dan cinta.