Ntvnews.id, Jakarta - Dalam terminologi kedokteran, istilah “aborsi” dapat berarti penghentian kehamilan secara terencana atau kehamilan yang berakhir dengan keguguran. Namun, ketika kebanyakan orang merujuk pada aborsi, yang mereka maksud adalah aborsi yang disengaja, dan begitulah istilah tersebut digunakan dalam artikel ini.
Jika kamu pernah melakukan aborsi, kamu mungkin khawatir tentang dampaknya terhadap kesuburan dan kehamilan di masa depan. Namun, melakukan aborsi biasanya tidak memengaruhi kemampuan kamu untuk hamil lagi di kemudian hari. Nah, berikut ulasan selengkapnya.
Bisa Terkena Sindrom Asherman
Ilustrasi Janin (Pixabay)
Sindrom Asherman merupakan komplikasi langka yang terjadi setelah seorang wanita menjalani prosedur pembedahan, seperti D&C, yang berpotensi merusak lapisan rahim. Kondisi tersebut dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut di rongga rahim.
Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan seorang wanita mengalami keguguran atau masalah kehamilan di kemudian hari. Sindrom Asherman tidak sering terjadi. Namun, jika hal ini terjadi, dokter seringkali dapat mengobati kondisi tersebut dengan pembedahan yang menghilangkan area jaringan parut di dalam rahim.
Setelah dokter melakukan operasi pengangkatan jaringan parut, mereka akan meninggalkan balon di dalam rahim. Balon membantu rahim tetap terbuka sehingga bisa sembuh. Setelah rahim sembuh, dokter akan mengeluarkan balon tersebut.