Ntvnews.id
Setelah melakukan evaluasi terkait protes resmi mengenai kesalahan penghitungan waktu, IBL menetapkan skor akhir menjadi 96-95 untuk kemenangan Pacific, mengoreksi hasil yang sebelumnya menguntungkan Borneo.
Kontroversi muncul pada detik-detik terakhir kuarter empat ketika bola diterima oleh Xavier Ford. Setelah gagal mencetak poin, Steven Orlando dari Borneo melakukan tembakan yang membawa timnya unggul 97-96.
Namun, masalah muncul ketika game-clock tidak langsung berjalan saat bola inbound, dan baru bergerak saat bola menyentuh ring, menimbulkan dugaan keterlambatan dalam penghitungan waktu.
Menurut laporan, petugas meja waktu sempat menekan tombol untuk memulai alat waktu, namun alat tersebut baru merespons setelah beberapa kali ditekan.
Meskipun wasit menggunakan Instant Replay System (IRS) untuk mengecek apakah bola masuk sebelum buzzer, mereka hanya memverifikasi waktu tersisa dan menetapkan 0,3 detik. Sebagai respon, Pacific mengajukan protes resmi sesuai mekanisme yang berlaku.
Baca juga: Tim Pengawas Investigasi Dugaan Kesalahan Timer di Laga Pacific vs Borneo
IBL menyatakan bahwa protes Pacific sah berdasarkan ketentuan "An Error in Timekeeping" yang tercantum dalam FIBA Rules 2024 dan peraturan IBL.
Setelah melakukan investigasi menyeluruh, yang melibatkan laporan wasit dan dokumentasi pertandingan, IBL menyimpulkan bahwa waktu harusnya sudah habis saat bola menyentuh ring sebelum Orlando melakukan tembakan. Dengan demikian, poin dari Orlando dibatalkan, dan Pacific akhirnya dinyatakan sebagai pemenang dengan skor 96-95.
Borneo sempat melayangkan banding terhadap keputusan yang mengubah hasil pertandingan, dengan menyertakan bukti tambahan yang mengklaim bahwa waktu seharusnya masih tersisa 3,4 detik. Namun, setelah melalui verifikasi lanjutan pada 13 April, banding tersebut ditolak karena tembakan Steven Orlando tetap dianggap dilakukan di luar waktu yang valid.
Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, menekankan pentingnya proses evaluasi yang mendalam.
“Kejadian ini harus menjadi pelajaran ke depan semua pihak, mulai petugas meja, pengawas dan perangkat pertandingan, panitia pelaksana serta semua yang terlibat untuk lebih sigap dan akurat dalam melakukan kontrol pertandingan di lapangan,” ujar Junas.
Insiden ini mencatat sejarah sebagai salah satu kasus langka di IBL, di mana hasil pertandingan dikoreksi akibat kesalahan teknis maupun non-teknis yang memengaruhi skor akhir. Sebelumnya, kesalahan serupa tidak bisa diperbaiki karena tidak termasuk dalam kategori "Correctable Error."
Dengan hasil keputusan ini, terjadinya perubahan klasemen IBL yang signifikan, karena Pacific Caesar Surabaya dinyatakan secara resmi sebagai pemenang.
(Sumberr: Antara)