Mayjen Achiruddin juga berharap masyarakat memahami prosedur operasional standar (SOP) dalam pengamanan Presiden. Ia menekankan pentingnya untuk tidak bersikap agresif, terutama saat ingin berfoto dengan Presiden.
Seorang mahasiswa dihantam oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) setelah berhasil mendekati Jokowi untuk berfoto. (Instagram)
"Apabila ingin foto, tidak perlu ngotot atau agresif. Bapak Presiden sangat berkenan untuk berfoto-foto dengan masyarakat. Namun, harus antre karena banyak peminatnya," tegasnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana juga menanggapi isu dugaan pemukulan yang terjadi saat kunjungan kerja Presiden Jokowi di Samarinda.
Yusuf mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Paspampres dan mendapat konfirmasi bahwa tidak ada pemukulan oleh personel Paspampres.
Dalam video yang viral di media sosial, tampak seorang pemuda menerobos penjagaan Presiden dan mendekati kendaraan Presiden untuk meminta swafoto.
Peristiwa ini diduga terjadi setelah Presiden membuka MTQ XXX Tingkat Nasional di Samarinda. Setelah Presiden melayani permintaan swafoto, pemuda tersebut ditegur agar tidak mengulangi tindakan tersebut dan tampak dipukul di area perut atau dada oleh seseorang setelah keluar dari barisan pengamanan.
Meski sempat mengklaim bahwa pemukulan dilakukan oleh Paspampres, pemuda tersebut tidak yakin siapa pelaku sebenarnya. Pihak Istana juga telah menyatakan akan mengecek kemungkinan pemukulan oleh personel pengamanan wilayah untuk memastikan kebenaran dari kejadian tersebut.