Tak lama setelah itu, tiga jenderal, Brigjen Amirmachmud, Brigjen M Jusuf, dan Mayjen Basuki Rachmat, datang menemui Sukarno di Istana Bogor. Pertemuan tersebut menghasilkan surat mandat yang dikenal sebagai Supersemar, yang diberikan oleh Sukarno kepada Soeharto.
Dengan dasar Supersemar, Soeharto tidak hanya berhasil mengembalikan keamanan tetapi juga secara bertahap mengambil alih kepemimpinan negara. Sukarno akhirnya diberhentikan sebagai presiden pada 22 Juni 1966 dalam Sidang Umum IV MPRS, dan setahun kemudian, pada Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai "pejabat presiden."
Mantan Presiden BJ Habibie (RRI.co.id)
Bacharuddin Jusuf Habibie, presiden ketiga RI, dilantik di Istana Negara pada 21 Mei 1998 setelah pengunduran diri Presiden RI kedua, Soeharto. Pelantikan Habibie berlangsung di tengah situasi yang tidak stabil, dengan aksi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa yang menuntut pengunduran Soeharto.
Pada akhirnya, Soeharto mundur pada 21 Mei 1998 setelah menghadapi tekanan yang sangat kuat. Ia memberikan mandat kepada Habibie, yang saat itu menjabat sebagai wakilnya, untuk meneruskan kepemimpinan. Proses pelantikan Habibie dimulai setelah pidato pengunduran Soeharto, yang menyaksikan langsung pembacaan sumpah Habibie sebagai presiden ketiga.
Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur
Gus Dur dilantik menjadi presiden keempat RI, menggantikan BJ Habibie melalui pemungutan suara dalam sidang umum MPR, mengalahkan Megawati Soekarnoputri. Pelantikan ini berlangsung di gedung MPR/DPR pada 20 Oktober 1999, di tengah berbagai tantangan yang kompleks.