Ipda Rudy juga mengungkapkan bahwa ada anggota kepolisian yang terlibat dalam kasus ini dengan menerima suap dari A. Bahkan, A diketahui membeli solar subsidi menggunakan barcode dari seorang pengusaha.
garis polisi (dokumen)
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan bersama tim, Ahmad memiliki hubungan dekat dengan anggota Paminal Propam Polda NTT yang pernah melakukan operasi tangkap tangan terhadap seorang anggota Shabara Polda NTT yang menerima uang dari A.
Pada saat itu, A membeli minyak ilegal di SPBU di Kota Kupang. Namun, yang aneh, anggota Shabara Polda NTT hanya diproses secara disiplin, sementara A tidak diproses secara pidana.
Bahkan, Rudy juga mengungkapkan bahwa A mengaku membeli minyak untuk Al yang kemudian disimpan. Sebelum operasi penertiban BBM ilegal pada 25 Juni 2024, Al juga menerima telepon dari seorang anggota Direktorat Kriminal Khusus Polda NTT yang memintanya untuk "tiarap sebentar."
"Atas dasar itulah, maka saya bersama tim mengambil tindakan pemasangan police line (garis polisi). Karena kelangkaan BBM dirasakan oleh semua kalangan masyarakat dari daerah perbatasan hingga Kota Kupang," cerita Ipda Rudy Soik.
Ipda Rudy Soik (Instagram)
"Dalam pelaksanaan tugas, ini bukan maunya saya tetapi atas perintah atasan. Tapi kok kenapa saya yang disalahkan? Dan dijadikan alasan pemberatan untuk saya dimutasi ke Polda Papua? Harusnya melihat fakta-fakta ini sebagai upaya untuk menyelamatkan NTT dari mafioso BBM dan perdagangan orang? Kenapa ini dijadikan alasan," tambahnya.
Ipda Rudy Soik merasa bahwa ini adalah bentuk kriminalisasi terhadap dirinya dan tim. Setelah kejadian tersebut, anggota Reskrim Polresta Kupang yang turut dalam operasi tersebut dipindahkan ke daerah terpencil di NTT.