"Dia menghubungi manajer, tetapi ternyata manajer sedang berada di Belgia dan tidak bisa membantu. Tidak ada orang lain yang dapat menyelesaikan masalah ini," jelas Danielle.
Karena hotel sedang penuh di akhir tahun, mereka tidak bisa pindah kamar. Situasi itu membuat mereka merasa seperti malam kelahiran Yesus di kandang domba, karena tidak ada kamar tersedia.
Satu-satunya solusi yang ditawarkan adalah pindah ke Travelodge lain yang berjarak 32 kilometer. Namun, opsi ini dianggap tidak memungkinkan.
Baca Juga: Hotel Bintang 4 di Semarang Disita Bareskrim, Diduga Milik Bandar Judol
"Saat itu sudah pukul 02.00. Anak-anak sangat kelelahan, dan harus naik taksi lagi tidak masuk akal. Jika kami pindah, kami harus kembali pagi-pagi untuk mengambil barang di hotel ini karena kami harus mengejar kereta," katanya.
Danielle juga khawatir tentang keamanan barang-barang mereka, terutama karena kamar baru bisa diakses kembali pukul 04.00.
Ketika mereka kehabisan opsi, satu-satunya tempat untuk istirahat adalah ruang cuci hotel. Danielle tidak menyangka itu menjadi pilihan terakhir.