Laporan ini juga mengonfirmasi bahwa Korea Utara bertanggung jawab atas beberapa serangan yang terjadi pada tahun lalu. Salah satu insiden mencatat pencurian US$235 juta (sekitar Rp3,8 triliun) dari Wazirx, bursa kripto terbesar di India, yang terjadi pada bulan Juli.
Baca Juga: WN Ukraina Diculik dan Dirampok Geng Rusia di Bali, Kripto Senilai Rp3,4 Miliar Raib
Serangan lainnya termasuk dari DMM Jepang senilai US$308 juta (sekitar Rp5 triliun), Upbit dan Radiant Capital masing-masing US$50 juta (sekitar Rp814 miliar), serta Rain Management yang mengalami kerugian US$16,13 juta (sekitar Rp262,8 miliar).
Dalam laporan AS sebelumnya, diperkirakan Korea Utara berhasil mencuri US$3 miliar (sekitar Rp48,8 triliun) dalam bentuk kripto antara tahun 2017 hingga 2023, yang diduga digunakan untuk mendanai program senjata nuklir negara tersebut.
Data lain juga mengungkap bahwa peretas yang berasal dari Korea Utara bertanggung jawab atas 61% dari seluruh pencurian kripto yang terjadi pada tahun lalu, dengan total kerugian setara dengan US$1,34 miliar (sekitar Rp21,8 triliun).