Pemerintah, para ahli, serta Dewan Riset Medis India (ICMR) telah memulai penyelidikan guna mengidentifikasi kemungkinan penyebab di balik kejadian ini.
Tim ilmuwan ICMR dari Bhopal, Chennai, Pune, dan Delhi telah mengunjungi desa-desa terdampak untuk mengumpulkan sampel rambut, kuku, darah, urine, serta sumber air yang digunakan warga. Sampel-sampel ini kemudian dianalisis di Sekolah Tinggi Kedokteran Pemerintah Akola.
Dekan sekolah tersebut, Dr. Meenakshi Gajbhiye, menyampaikan kepada BBC News Marathi bahwa berdasarkan biopsi dan tes darah, kondisi ini tidak disebabkan oleh infeksi jamur dan juga tidak dapat dikategorikan sebagai penyakit tertentu. Penelitian lebih lanjut masih berlangsung untuk menentukan faktor penyebabnya, termasuk analisis terhadap berbagai produk yang digunakan masyarakat setempat serta sumber air yang mereka konsumsi.
Tim dari sekolah kedokteran tersebut juga telah mengunjungi desa-desa terdampak guna melakukan investigasi lebih lanjut.
Dr. Amol Gite, seorang petugas kesehatan di Distrik Buldhana, menegaskan bahwa kecepatan kerontokan rambut yang dialami warga tidak menunjukkan adanya infeksi jamur sebagai penyebabnya.
Fenomena ini juga berdampak pada kehidupan sosial warga yang terkena dampak, menyebabkan diskriminasi di komunitas mereka.
Saat BBC mengunjungi daerah tersebut, beberapa anak laki-laki dan perempuan tampak enggan berbicara karena merasa takut.