Para ilmuwan juga mengajak masyarakat untuk mengubah pandangan mereka tentang perubahan iklim yang ekstrem, menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat serius untuk masa depan.
"Kita perlu menggeser sudut pandang kita terhadap darurat iklim, dari sekadar masalah lingkungan yang terbatas menjadi ancaman yang merambah sistemik dan mengancam eksistensi," ungkap para ilmuwan.
Baca Juga: Sering Terabaikan, Tanda Kiamat Ini Ternyata Sudah Sering Terjadi
Mereka menekankan bahwa masyarakat dapat melakukan transisi dari penggunaan bahan bakar fosil serta memperhatikan pelestarian lingkungan untuk mengurangi risiko perubahan iklim yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
Studi tersebut mencatat bahwa banyak rekor iklim yang terpecahkan dengan selisih besar selama tahun terakhir. Contohnya, terjadi peningkatan aktivitas musim kebakaran hutan yang signifikan di Kanada, yang menunjukkan adanya pergeseran menuju pada pola kebakaran baru.
Hujan Badai Terjang Sawangan Depok (Tangkapan Layar)
Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple, mengungkapkan keprihatinannya terhadap pola yang mengkhawatirkan pada tahun ini. "Kami juga melihat sedikit kemajuan dalam upaya manusia untuk melawan perubahan iklim," ujar Ripple, yang juga merupakan penulis dalam penelitian tersebut.
Para peneliti, bersama dengan ribuan rekan peneliti lainnya, juga menyoroti isu subsidi bahan bakar fosil yang dianggap sebagai salah satu akar masalah perubahan iklim. Antara tahun 2021 dan 2022, terjadi peningkatan dua kali lipat dalam subsidi ini, meningkat dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun hanya di Amerika Serikat.