Perta Peru (Twitter)
Ntvnews.id, Lima - Pemerintah Peru memutuskan untuk memperpanjang status keadaan darurat selama 30 hari menyusul meningkatnya jumlah pembunuhan yang berkaitan dengan aktivitas geng pemeras.
Status ini sebelumnya telah diberlakukan sejak pertengahan Maret, di mana militer turut dilibatkan dalam mendukung polisi dalam upaya pemberantasan geng kriminal tersebut.
Keputusan untuk menetapkan keadaan darurat pada awal Maret dipicu oleh insiden penembakan terhadap musisi Paul Flores, yang menjadi korban pembunuh bayaran saat dirinya dan anggota bandnya menjadi target pemerasan.
Dilansir dari AFP, Selasa, 15 April 2025, perpanjangan status darurat yang diumumkan pada Minggu, 13 April 2025, waktu setempat akan diberlakukan mulai 17 April mendatang. Kebijakan ini mencakup wilayah metropolitan Lima dan pelabuhan Callao di sekitarnya.
Baca Juga: Eks Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Jalani Sidang Perdana Kasus Darurat Militer
Selama masa berlaku keadaan darurat, pemerintah memberlakukan larangan bagi pengendara sepeda motor untuk membawa penumpang, sebagaimana disebutkan dalam pengumuman resmi yang dirilis oleh otoritas Peru.
Walaupun pemerasan merupakan isu yang meluas di kawasan Amerika Latin, tingkat keparahannya di Peru dianggap sangat mengkhawatirkan. Kondisi ini sebagian dikaitkan dengan keberadaan kelompok kriminal seperti Tren de Aragua asal Venezuela yang beroperasi di berbagai negara kawasan.
Baca Juga: Layanan Darurat 112 Siap Siaga Selama Libur Lebaran 2025
Sejak awal tahun ini, pemerintah mencatat lebih dari 450 kasus pembunuhan.
Dengan diberlakukannya status darurat, pemerintah memiliki wewenang untuk menangguhkan hak-hak sipil, termasuk hak berkumpul, serta dapat melakukan penggeledahan rumah tanpa persetujuan terlebih dahulu.
"Kami tidak akan membiarkan satu kematian lagi," tegas Presiden Dina Boluarte pada bulan lalu menyusul kematian tragis Paul Flores.
Ikuti Whatsapp Channel NTVNEWS.ID
