Sinta Nuriyah Istri Gus Dur: Perdagangan Orang Kian Canggih Eksploitasi Psikologis Korban

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 25 Apr 2025, 17:15
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Sinta Nuriyah Wahid Sinta Nuriyah Wahid (Dok. Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Sinta Nuriyah Wahid, istri mendiang Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menyampaikan peringatan mengenai bahaya kejahatan perdagangan manusia atau Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), yang kini semakin lihai memanfaatkan kelemahan psikologis masyarakat untuk menjalankan aksinya.

Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Dialog Psikologi Nusantara XIII yang berlangsung di Kampus Kijang Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, pada Jumat, 25 April 2025.

Sebagai pendiri Yayasan Puan Amal Hayati, Sinta menegaskan bahwa pelaku perdagangan orang memiliki pemahaman mendalam terhadap kondisi kejiwaan korban. Ia menyebut para pelaku sering kali menggunakan tipu daya dengan janji pekerjaan bergaji tinggi untuk menjebak korban.

"Hati-hati, modus operandi yang digunakan oleh para sindikat canggih, mereka menggunakan cara-cara yang halus dan canggih dengan bujuk rayu yang menipu masyarakat," kata Sinta.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pelaku TPPO juga mengeksploitasi kebutuhan psikologis korban, terutama mereka yang sedang mengalami tekanan ekonomi dan tengah mencari penghidupan.

“Ketika ada tawaran pekerjaan, masyarakat tidak butuh waktu panjang lagi untuk menerimanya,” ungkapnya.

Menurut Sinta, salah satu penyebab utama mudahnya masyarakat terperangkap dalam praktik TPPO adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka mengenai kejahatan ini.

Ia menyatakan bahwa ketidaktahuan ini membuat masyarakat menjadi target empuk bagi pelaku yang lihai dalam menyamar sebagai pihak penolong.

“Akibatnya, masyarakat tidak pernah berhati-hati terhadap orang-orang yang menawarkan pekerjaan kepada mereka. Bahkan, mereka menganggap orang-orang tersebut sebagai penolong yang akan melepaskan mereka dari kemiskinan,” ungkapnya.

Ia pun menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil langkah lebih tegas dalam menangani kasus-kasus TPPO yang masih sering diabaikan. Menurutnya, perhatian terhadap perlindungan anak dan perempuan masih jauh dari kata cukup.

"Penyediaan institusi dan perangkat hukum atau kebijakan harus diiringi dengan penyediaan SDM dan sarana yang memadai supaya dapat menjalankan peran dan institusi secara optimal," ujarnya.

Sinta juga menyoroti pentingnya memberikan dukungan yang penuh empati kepada para korban TPPO agar mereka tidak merasa semakin tersisih.

“Orang-orang yang menjadi korban itu jangan terlalu direndahkan. Justru mereka didekati dengan cara-cara yang baik dan yang membangkitkan hatinya,” ujarnya.

'Sebab, membiarkan korban TPPO bersuara sendiri tanpa pembelaan, sama dengan menutup masa depan mereka," pungkasnya.

Dialog Psikologi Nusantara edisi ke-13 yang digelar oleh Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara kali ini mengambil tema khusus tentang "Keberpihakan Pada Perempuan dan Anak Korban Human Trafficking".

Yosef Dedy Pradipto, dosen Psikologi dari universitas tersebut, menjelaskan latar belakang pemilihan tema tersebut dalam diskusi kali ini.

"Ini sebetulnya topik yang belum pernah terangkat, dan sudah jadi gunung es, masalah yang sensitif namun penanganannya belum semaksimal itu," kata Dedy.

Ia menambahkan bahwa forum ini sejak awal tidak selalu berfokus pada isu-isu yang sedang ramai diperbincangkan, tetapi lebih kepada topik yang dianggap mendesak dan membutuhkan perhatian segera.

"Kami berharap diskusi ini bisa menjadi kontribusi kami secara psikologis, dan bisa mengintervensi tak hanya korban tapi juga pelaku agar tidak lagi melakukan," tutup Dedy.

x|close