Ntvnews.id, Jakarta - Rusia menyatakan kesiapannya untuk memberikan suaka politik kepada miliarder teknologi Elon Musk, menyusul ketegangan yang kian memanas antara Musk dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal tersebut diungkapkan oleh Dmitry Novikov, Wakil Ketua Komite Urusan Internasional di Duma Negara Rusia.
“Saya rasa Musk sedang bermain dalam permainan yang berbeda. Meski saya yakin ia tidak akan memerlukan suaka politik, kalaupun iya, Rusia tentu bersedia memberikannya,” ujar Novikov, dikutip dari TASS, Senin, 9 Juni 2025.
Komentar ini muncul hanya beberapa hari setelah masa jabatan Musk sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) Gedung Putih selama 130 hari berakhir pada 30 Mei, di tengah memanasnya hubungan antara Musk dan Trump.
Perselisihan bermula saat Musk secara terbuka mengkritik RUU pajak besar-besaran yang dijuluki “RUU Besar yang Indah” oleh pemerintah AS, yang menurut para ekonom dapat memperbesar defisit anggaran negara hingga USD600 miliar.
Baca Juga: Elon Musk Inisiasi Partai Baru sebagai Wadah Politik 80% Warga AS Moderat
Trump membalas kritik tersebut dengan serangan pribadi saat bertemu Kanselir Jerman Friedrich Merz pada 5 Juni, bahkan menyebut Musk “telah kehilangan akal” dalam unggahannya di platform Truth Social. Musk tidak tinggal diam, dan melalui media sosial ia mengeklaim bahwa kemenangannya di pemilu sebelumnya sangat menentukan kemenangan Partai Republik. Ia menyebut bahwa tanpa peran dirinya, Partai Demokrat bisa saja tetap menguasai DPR.
Menanggapi situasi tersebut, Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia yang dikenal vokal terhadap Barat, bergurau lewat akun X bahwa Moskow siap menjadi mediator damai antara “D dan E” mengacu pada Trump dan Elon Musk dengan imbalan saham Starlink. “Jangan berkelahi, sobat,” tulis Medvedev.
Elon Musk sendiri pernah menjadi figur sentral dalam masa kampanye dan pemerintahan awal Trump. Sebagai ketua gugus tugas efisiensi pemerintah, ia sempat memimpin rencana pembubaran USAID (Badan Pembangunan Internasional AS) yang telah memberikan bantuan lebih dari USD37 miliar untuk Ukraina.
Baca Juga: Elon Musk Sindir Trump Tak Tahu Terima Kasih, Isyaratkan AS Butuh Partai Baru
Meskipun pada awalnya mendukung Ukraina dengan menyediakan sistem satelit Starlink guna menunjang komunikasi militer Kyiv, belakangan Musk semakin kerap menyuarakan pandangan yang selaras dengan narasi Rusia.
Seperti dilaporkan The Kyiv Independent pada Minggu, 8 Juni 2025, Musk mengeklaim secara tidak akurat bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kehilangan dukungan di dalam negerinya, dan menyebut strategi militer Kyiv sebagai “penggilingan daging yang tak berkesudahan.”
Ia juga menolak dukungan militer AS ke Ukraina, berargumen bahwa hal itu hanya akan memperpanjang konflik retorika yang kerap digunakan pejabat Kremlin untuk melemahkan dukungan Barat terhadap Kyiv.
Pernyataan-pernyataan Musk mendapat sambutan hangat dari tokoh-tokoh Rusia, termasuk jurnalis televisi pemerintah dan blogger militer pro-Moskow, yang kini menganggap Musk sebagai figur yang berpandangan selaras dengan Rusia.