Pentagon Sebut Serangan AS ke Iran Tak Bermaksud untuk Ubah Rezim

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Jun 2025, 08:15
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Logo Pentagon, markas pertahanan Amerika Serikat Logo Pentagon, markas pertahanan Amerika Serikat ((Antara))

Ntvnews.id, Washington DC - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Pete Hegseth, menegaskan bahwa serangan udara terhadap Iran tidak dimaksudkan sebagai upaya menggulingkan pemerintahan di negara tersebut.

“Operasi ini tidak dan tidak pernah bertujuan untuk mengganti rezim,” ujar Hegseth dalam konferensi pers bersama Ketua Kepala Staf Gabungan AU AS, Jenderal Dan Caine, dikutip dari Reuters, Senin, 23 Juni 2025.

Pernyataan itu muncul setelah Presiden Donald Trump menyatakan bahwa militer AS telah melakukan serangan yang “sangat berhasil” terhadap tiga lokasi fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan, di tengah meningkatnya kekhawatiran dunia terhadap potensi perluasan konflik di Timur Tengah.

Menurut Hegseth, Trump menyetujui operasi yang sangat presisi untuk meredam ancaman yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat.

Baca Juga: Mengenal 3 Situs Nuklir Iran yang Diserang Amerika Serikat

Ia menambahkan bahwa misi udara tersebut juga dimaksudkan sebagai bentuk pertahanan diri bersama antara pasukan AS dan mitranya di kawasan, terutama Israel.

Hegseth mengungkapkan bahwa rencana serangan ini telah dipersiapkan selama beberapa bulan sebelumnya.

“Kami telah menghancurkan program nuklir Iran,” klaim Hegseth.

Namun, ia menegaskan bahwa sasaran serangan bukanlah militer atau warga sipil Iran.

Ia menyatakan bahwa ambisi nuklir Iran telah dilumpuhkan dan menggambarkan operasi yang diotorisasi Presiden Trump sebagai aksi yang “berani dan cemerlang.”

“Ketika presiden ini berbicara, dunia harus memperhatikannya,” tegasnya.

Di sisi lain, Jenderal Dan Caine menjelaskan bahwa Komando Pusat AS (CENTCOM), yang dipimpin Jenderal Eric Kurilla, menggelar Operasi Midnight Hammer untuk menyerang tiga fasilitas nuklir utama milik Iran.

Baca Juga: Iran Ancam Negara Pemasok Senjata ke Israel Bakal Jadi Sasaran

Menurut Caine, lebih dari 125 unit pesawat dikerahkan dalam misi tersebut, termasuk pengebom siluman B-2, pesawat tempur generasi keempat dan kelima, pesawat tanker pengisi bahan bakar, kapal selam bersenjata rudal berpemandu, serta sejumlah pesawat intelijen dan pengintai. Operasi ini juga melibatkan ratusan tenaga teknis dan kru pendukung.

Ia menyebut bahwa ini adalah operasi militer terbesar dalam sejarah AS yang menggunakan pesawat B-2, dan menjadi misi B-2 terpanjang kedua setelah misi pasca-serangan 11 September 2001.

“Kami mengambil langkah strategis untuk mengurangi risiko terhadap pasukan Amerika di kawasan,” jelas Caine.

Saat ditanya kapan pimpinan Kongres AS diberi informasi tentang operasi tersebut, Hegseth mengatakan bahwa pemberitahuan disampaikan setelah seluruh pesawat Amerika meninggalkan wilayah udara Iran dengan selamat.

“Mereka diberi tahu segera setelah itu,” ucap Hegseth.

Sejumlah anggota parlemen AS mengkritik Presiden Trump karena melakukan serangan tanpa persetujuan resmi dari Kongres.

Namun Hegseth menyatakan bahwa pemerintah AS sepenuhnya memahami tantangan yang dihadapi sekutu-sekutunya di Timur Tengah dan telah menjalin koordinasi dengan mereka.

“Kami menghargai dan telah bekerja sama erat dengan para mitra kami,” tandasnya.

x|close