Basarnas dan Kemenhut Segera Evaluasi Menyeluruh SOP Pendakian Gunung Usai Insiden Rinjani

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Jun 2025, 12:04
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup Imbas Jatuhnya WNA Brasil Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup Imbas Jatuhnya WNA Brasil (IG: btn_gn_rinjani)

Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersama Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan akan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian gunung. Langkah ini diambil untuk meningkatkan keselamatan pendaki sekaligus mengurangi potensi kecelakaan di jalur-jalur pendakian di Indonesia.

Rencana evaluasi tersebut mencuat setelah insiden tragis yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), yang dilaporkan hilang saat mendaki Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu, 21 Juni 2025. Setelah lima hari pencarian, Juliana akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di dasar jurang berbatu sedalam 600 meter dari jalur pendakian utama.

Kepala Basarnas Mohammad Syafi’i menegaskan bahwa pihaknya memandang penting untuk segera memperkuat kemampuan tim SAR di berbagai daerah. Dalam proses evaluasi SOP mendatang, ia mengatakan bahwa Basarnas akan melibatkan lebih banyak elemen dalam pelatihan agar para personel memahami dengan baik penanganan kondisi darurat di jalur pendakian.

"Ke depan yang kita mau tingkatkan adalah kemampuan potensi SAR. Kita sudah berjalan, sinergitas di lapangan cukup bagus, tapi perlu kolaborasi lebih baik lagi," kata Syafi’i di Jakarta, Senin, 30 Juni 2025.

Baca Juga: Kembali Terjadi, Pendaki Asal Malaysia Terjatuh di Jalur Gunung Rinjani

Ia menambahkan bahwa personel Basarnas telah terbukti memiliki kompetensi berskala internasional. Namun, medan ekstrem dan cuaca yang tidak menentu tetap menjadi tantangan terbesar dalam misi penyelamatan, seperti yang dihadapi saat proses evakuasi jenazah Juliana.

"Kemampuan kita standar internasional. Basarnas hadir di kejadian di Turki dan Myanmar, itu menjadi referensi. Setiap lima tahun kita di-currency oleh lembaga PBB, INSARAG," jelasnya.

Terkait usulan pembangunan posko-posko penyimpanan peralatan SAR di jalur pendakian, Syafi’i menyambut baik ide tersebut. Ia menilai, inisiatif semacam itu perlu melibatkan lintas kementerian dan lembaga, mengingat keterbatasan personel dan alat yang dimiliki Basarnas tidak memungkinkan untuk disiagakan di seluruh titik pendakian.

Baca Juga: Juliana Marins Cuma Hidup 20 Menit Sehabis Jatuh di Rinjani

"Contoh kawasan wisata, itu harus mampu mulai dari komunikasi. Dengan komunikasi kita bisa asesmen potensi bahayanya, menyiapkan personel dan peralatannya. Harapan kita, dengan kemampuan yang terbatas ini bisa saling melengkapi," ujarnya.

Syafi’i juga merespons kritik terkait lambatnya penyampaian informasi ke publik selama proses pencarian dan evakuasi Juliana. Kritik tersebut bahkan datang dari masyarakat internasional. Ia menyatakan bahwa hal ini akan masuk dalam evaluasi internal Basarnas.

"Kata-kata lambat atau cepat itu tergantung siapa yang melihat. Tapi yang pasti, potensi SAR sudah melaksanakan kegiatan sesuai standar. Kritik itu wajar dan setiap kejadian pasti kita evaluasi," tandasnya.

(Sumber: Antara)

x|close