Trump Ancam Negara Pendukung BRICS dengan Tambahan Tarif 10 Persen

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 7 Jul 2025, 17:15
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Foto: Dok/Leah Millis/Reuters) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Foto: Dok/Leah Millis/Reuters)

Ntvnews.id, Istanbul - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara yang mendukung kebijakan BRICS, dengan menyatakan bahwa ia akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap mereka. Pernyataan tersebut disampaikan melalui akun media sosial miliknya, Truth Social, pada Minggu, 6 Juli 2025.

“Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini,” tulis Trump dalam unggahannya.

Pernyataan Trump itu dirilis bertepatan dengan pertemuan para pemimpin negara-negara anggota BRICS yang sedang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, dalam rangka KTT tahunan kelompok tersebut.

Dalam unggahan terpisah, Trump juga mengumumkan bahwa surat-surat yang berisi pemberitahuan terkait tarif atau perjanjian perdagangan akan mulai dikirim ke berbagai negara pada Senin, 7 Juli 2025 pukul 12.00 siang waktu Washington, atau sekitar pukul 23.00 WIB.

Sebelumnya, pada akhir Januari lalu, Trump pernah menegaskan bahwa ia tidak melihat potensi BRICS untuk menggantikan posisi dolar AS dalam sistem perdagangan global.

“Tidak ada kemungkinan (negara-negara) BRICS menggantikan dolar AS dalam perdagangan internasional, atau di mana pun,” ujarnya.

Trump juga meminta agar negara-negara anggota BRICS tidak mencoba menciptakan mata uang bersama baru atau mendukung penggunaan mata uang lain untuk menggantikan dolar AS dalam transaksi internasional.

“Jika mereka tetap melakukannya, mereka akan dikenai tarif 100 persen,” tegasnya.

Selama beberapa tahun terakhir, BRICS memang terus menggulirkan pembahasan mengenai pengurangan dominasi dolar AS dalam sistem keuangan dan perdagangan global. Isu tersebut semakin mencuat sejak Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia pada tahun 2022 sebagai respons atas apa yang disebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

(Sumber: Antara)

 

 

x|close