Kata-Kata Viral TikTok Seperti "Skibidi" dan "Delulu" Resmi Masuk Kamus Cambridge

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 19 Agu 2025, 17:17
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Adiantoro
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Logo TikTok. Ilustrasi - Logo TikTok. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Kamus Cambridge kini mengadopsi sejumlah istilah populer dari platform TikTok ke dalam edisi terbarunya, seperti diumumkan pada Senin 18 Agustus 2025.

Colin McIntosh, manajer program leksikal Kamus Cambridge, menyatakan perkembangan bahasa yang dipengaruhi budaya digital menjadi hal yang penting untuk dicatat.

"Budaya internet mengubah bahasa Inggris dan dampaknya sangat menarik untuk diamati dan diabadikan dalam kamus," ujar McIntosh.

Ia juga menambahkan, tidak semua kata viral akan otomatis masuk ke dalam kamus. Pihaknya hanya menyertakan istilah yang dianggap memiliki peluang bertahan dalam jangka panjang.

"Tidak setiap hari kita bisa melihat kata-kata seperti 'skibidi' dan 'delulu' masuk ke dalam Kamus Cambridge. Kami hanya menambahkan kata-kata yang kami yakini akan bertahan lama," tambah McIntosh.

Salah satu istilah yang kini menjadi entri resmi adalah “skibidi”, yang mendunia lewat serial animasi Skibidi Toilet.

Video yang awalnya viral di YouTube ini menampilkan karakter kepala manusia yang muncul dari toilet, menciptakan fenomena internet yang luas.

Menurut Kamus Cambridge, skibidi adalah, "Kata yang dapat memiliki arti berbeda seperti 'keren' atau 'buruk', atau dapat digunakan tanpa makna yang sebenarnya sebagai lelucon,' contohnya, 'Skibidi apa yang kau lakukan?'."

Selain itu, frasa "tradwife" juga ditambahkan, merujuk pada sosok influencer dengan pandangan konservatif yang mempromosikan kehidupan rumah tangga tradisional melalui konten mereka di TikTok, fokus pada pengabdian terhadap suami, anak, dan pekerjaan rumah tangga.

Istilah populer lainnya yang kini diakui secara leksikal adalah "delulu", singkatan dari delusional. Kamus Cambridge mendefinisikannya sebagai "mempercayai hal-hal yang tidak nyata atau benar, biasanya karena Anda memilih untuk melakukannya."

Namun, tidak semua pihak menyambut baik integrasi istilah TikTok ke dalam bahasa formal. Kalangan yang lebih tua atau yang tidak akrab dengan TikTok mengkritisi fenomena ini sebagai bentuk degradasi bahasa.

Seniman sekaligus penulis asal Amerika Serikat, Lee Escobedo, memberikan sudut pandangnya.

"Otak skibidi merangkum generasi yang fasih dalam ironi tetapi haus akan makna. Media hiper-kaotik semacam ini berfungsi sebagai hiburan sekaligus pandangan dunia yang ambien bagi para pemuda yang dibesarkan secara daring. Pikiran mereka menormalkan lelucon sebagai ekspresi," kata Escobedo.

(Sumber: ANTARA)

x|close