Ntvnews.id, Jakarta - Syaiful Rosi Abdillah, santri muda yang selamat dari tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, kini berjuang menata hidup setelah kehilangan telapak kaki kanannya akibat amputasi.
Meski luka itu mengubah hidupnya, tekadnya untuk tetap menuntut ilmu agama tidak surut sedikit pun. Remaja berusia 15 tahun itu menuturkan bahwa ia masih ingin melanjutkan pendidikan di Ponpes Al-Khoziny meski kondisi fisiknya tak lagi sama.
“Alhamdulillah, sekarang anaknya sudah lebih baik. Setiap hari yang dia minta itu kaki palsu. Akhir-akhir ini dia juga masih sering mengeluh nyeri di bagian kakinya yang diamputasi,” tutur Idrus, ayah Syaiful Rossy kepada awak media, Senin, 6 Oktober 2025.
Baca Juga: Kepala Basarnas Imbau Publik Tak Perdebatkan Penemuan Potongan Tubuh Korban di Ponpes Sidoarjo
Baca Juga: Basarnas Lanjutkan Operasi SAR Ponpes Al-Khoziny hingga Lokasi Dipastikan Clear
Amputasi dilakukan karena telapak kaki kanannya mengalami kerusakan parah dan kematian jaringan akibat terganggunya aliran darah. Rosi, santri asal Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, mengaku masih merasakan nyeri setelah operasi.
Rosi kemudian menceritakan kembali detik-detik mengerikan saat musala tiga lantai tempat para santri melaksanakan salat asar itu ambruk. Ia masih mengingat jelas bagaimana bencana itu terjadi secara tiba-tiba.
“Kalau rakaat pertama itu jatuh cor-coran sedikit-sedikit sama kayu, kayak enggak ada apa-apa. Pas rakaat kedua itu mulai jatuh semua, santri lari semua, saya sempat ditarik saudara saya jatuh ketiban cor-coran kaki,” jelasnya.
Tertimbun reruntuhan selama tiga hari bersama tiga temannya, Rosi mengaku sempat pasrah dan kehilangan harapan untuk selamat.
“Pertama pasrah, lalu teriak minta tolong. Tetapi, lalu disuruh anak-anak lain diam saja tunggu bantuan. Baca istighfar, shalawat, pasrah dan ada pikiran mati, mati, mati,” tandasnya.