Ntvnews.id, Makassar - Ketegangan antarwarga di Kecamatan Tallo, Kota Makassar kembali mencapai puncaknya setelah bentrokan antara kelompok pemuda Kampung Borta dan Sapiria menelan korban jiwa. Seorang pemuda bernama Sutte, yang akrab disapa Civas, meninggal dunia setelah diduga terkena tembakan senapan angin di bagian kepala saat konflik pecah.
Di tengah situasi yang makin panas, beredar pula sebuah pesan berantai di WhatsApp yang menuding Civas sebagai panglima perang dalam bentrokan tersebut. Pesan itu tersebar luas antargrup dan memperkeruh suasana.
"Sekadar info jangan lewat depan Boroangin Lannampu, panglimanya Sapiria meninggal dikena senapan burung. Sebentar perang besar-besaran kalau sudah dikebumikan," demikian narasinya menyebar luas di media percakapan warga.
Kapolsek Tallo, Kompol Syamsuardi, mengonfirmasi adanya korban jiwa dalam peristiwa itu.
"Iya ada katanya, ada (yang meninggal saat bentrok Sapiria)," ujar Kompol Syamsuardi dalam keterangan resminya yang dilansir pada Selasa, 18 November 2025.
Baca Juga: Puan Ungkap KUHAP Yang Baru Disahkan Sudah Dibahas Sejak 2023
Namun, mengenai kebenaran informasi dalam pesan berantai tersebut, ia mengatakan masih akan melakukan pendalaman. Ia juga memberi peringatan keras kepada masyarakat agar menjauhi area bentrokan.
"Saya belum tahu itu (pesan berantai), tapi saya imbau dulu jangan mendekat di situ kalau begitu ancamannya. Cari jalan lain," ucapnya.
Hingga kini, penyebab pasti kematian Civas masih diselidiki kepolisian. Syamsuardi menegaskan bahwa pihaknya terus mengumpulkan bukti untuk menentukan apakah luka fatal korban benar-benar berasal dari peluru senapan angin atau ada faktor lain.
"Untuk itu kita masih melakukan pendalaman, masih penyelidikan apakah (korban terkena) peluru itu atau bagaimana," tambahnya.
Baca Juga: Densus 88 Tangkap 5 Tersangka Perekrut Anak ke Kelompok Terorisme
Konflik antara warga di Kecamatan Tallo bukanlah kejadian baru. Pertikaian yang melibatkan warga Kampung Sapiria, Borta, Jalan Lembo, Jalan Tinumbu Lorong 148, Jalan Layang, dan sejumlah lokasi lain ini telah berlangsung sejak lama dan kerap muncul dalam siklus yang tak pernah benar-benar berhenti.
Polisi menyebut rangkaian tawuran yang terus berulang tersebut bermula dari dendam turun-temurun yang belum tuntas sejak tahun 1989. Namun, rumor lain juga berkembang di masyarakat, menyebut bahwa perang kelompok ini diduga digunakan sebagai kedok untuk mengalihkan perhatian dari peredaran narkotika di kawasan utara Makassar.
Berbagai pihak, Polisi, TNI, hingga Pemerintah Kota Makassar, sebenarnya sudah berulang kali berupaya menghentikan konflik tersebut. Mereka menggelar mediasi antarwarga, mengadakan program humanis seperti Ngopi Kamtibmas. Namun upaya itu belum memberikan hasil signifikan, karena tawuran tetap muncul kembali.
Tawuran di Makassar (Insstagram)