"Ada yang mengatakan cari sponsor saja. Tapi masalahnya sponsor pun tidak mudah. Sponsornya mulai awal tahun, benar enggak? Awal kontrak. Jadi kontraknya bukan per pertandingan. Nah, itu kan tidak masuk dalam rencana mereka juga," tuturnya.
"Tidak mungkin lagi, kan? Karena sponsor kan, Mas. Kita ini baru sekali tuan rumah selama satu setengah tahun ini, belum pernah lebih dari itu. Artinya, pendapatan kita dari penonton juga sangat kecil, karena baru sekali kita main. Kita ini banyak away keluar terus. Kan pakai pendanaan, uang keluar...uang keluar," imbuhnya.
Lagi pula, kata Arya, yang namanya sponsor butuh memamerkan produknya di stadion atau di sekitar lapangan. Sedangkan Timnas tidak pernah main di dalam negeri karena bertanding di kandang lawan.
"Gimana mau kita jual?" tandasnya.
Untuk menyikapi situasi dan kondisi yang terjadi, PSSI butuh lebih kreatif dalam hal pendanaan.
Arya menyebut sejak awal Erick Thohir menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, telah menerapkan kebijakan khusus untuk pecinta setia Timnas Indonesia.
"Sudah jelas kok, kalau untuk suporter yang memang pecinta sepak bola, yang kemanapun Timnas bertanding dia datang. Itu dari dulu sudah beda harganya. Jadi, ini untuk suporter yang memang suporter, timnas harganya sudah beda," ungkapnya.