Pengamat Ungkap Faktor Penyebab IHSG Anjlok 6 Persen

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 18 Mar 2025, 13:34
thumbnail-author
Akbar Mubarok
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Arsip foto - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Arsip foto - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus atau yang akrab disapa Nico, mengungkapkan berbagai faktor yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot lebih dari 6 persen pada penutupan sesi pertama perdagangan pada Selasa.

Menurut Nico, tekanan terhadap IHSG berasal dari berbagai sentimen global, termasuk meningkatnya ketegangan geopolitik akibat keinginan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk memperpanjang konflik.

Baca Juga : IHSG Ambruk 5 Persen, BEI Bekukan Sementara Perdagangan Saham

Selain itu, eskalasi perang dagang dengan Uni Eropa yang berencana memberlakukan tarif balasan lebih besar terhadap Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi resesi di AS turut menambah tekanan di pasar, ujarnya kepada media di Jakarta, Selasa.

Di sisi lain, dari dalam negeri, tekanan datang dari turunnya penerimaan negara hingga 30 persen, yang berujung pada pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Sehingga membutuhkan penerbitan utang yang lebih besar dan tentu saja rupiah yang semakin melemah," ujar Nico, Selasa 18 Maret 2025.

Baca Juga : IHSG Dibuka Menghijau Awal Pekan, Rupiah Menguat ke Rp16.329 per Dolar AS

Berdasarkan data tersebut, ia menilai bahwa penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan semakin sulit terjadi.

Selain itu, penerimaan pajak domestik tercatat mengalami penurunan sebesar 30,19 persen secara tahunan (year on year/yoy), hanya mencapai Rp269 triliun.

Baca Juga : IHSG Dibuka Melemah, Rupiah Masih di Atas Rp16.000 per Dolar AS

Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga membengkak hingga Rp31,2 triliun per Februari 2025.

Di sisi lain, belanja pemerintah mengalami penurunan sebesar 7 persen, sementara utang justru meningkat 44,77 persen pada Januari 2025.

"Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil, sehingga saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham," ujar Nico.

Pada akhir sesi pertama perdagangan pada Selasa, IHSG ditutup melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke level 6.076,08. Sementara itu, indeks LQ45 juga turun 38,27 poin atau 5,25 persen, berada di posisi 691,08. (Sumber: Antara)

x|close