NTV Insight: Ketua Umum Gapki Ungkap Sawit RI Dominasi Pasar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Apr 2025, 16:37
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Forum diskusi NTV Insight sesi 2 dengan tema Tarif Balasan AS: Tantangan Baru Industri Sawit Indonesia Forum diskusi NTV Insight sesi 2 dengan tema Tarif Balasan AS: Tantangan Baru Industri Sawit Indonesia (Ntvnews.id-Muslimin Trisyuliono)

Ntvnews.id, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono buka-bukaan mengenai kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang baru terhadap industri sawit nasional.

Seperti diketahui, pemberlakuan kebijakan tarif impor AS diperkirakan berdampak serius pada kelangsungan bisnis dan industri dalam negeri di tengah tekanan ekonomi global.

Sejumlah komoditas strategis yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia antara lain kelapa sawit, tekstil, alas kaki, perlengkapan elektronik, dan produk perikanan.

Dalam hal ini, Eddy menjelaskan AS merupakan salah satu pasar penting bagi ekspor sawit Indonesia. Meskipun secara peringkat hanya menempati posisi keempat setelah China, India, dan Uni Eropa.

"Pangsa pasar sawit kita di Amerika itu 89 persen, besar sekali. Tapi jangan salahnya bahwa Amerika itu urutan keempat," ucap Eddy dalam forum diskusi NTV Insight sesi 2 dengan tema Tarif Balasan AS: Tantangan Baru Industri Sawit Indonesia, Rabu, 30 April 2025.

"Nomor satu ekspor kita terbesar adalah Cina, kedua India, kemudian ketiga Uni Eropa, Pakistan, baru Amerika," sambungnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono dalam forum diskusi NTV Insight Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono dalam forum diskusi NTV Insight

Baca juga: Hadiri Forum NTV Insight, Apindo Ungkap Alasan QRIS hingga Barang Bajakan di Mangga Dua Disorot AS

Ia menjelaskan ekspor sawit Indonesia ke AS sempat mencapai 2,5 juta ton pada tahun 2023, meski sedikit menurun menjadi 2,2 juta ton pada 2024.

Kendati demikian, Eddy menyebut kebutuhan AS terhadap sawit Indonesia didorong keterbatasan mereka dalam menggunakan soybean oil atau minyak kedelai untuk industri pangan khususnya produk margarin.

Eddy menjelaskan dalam pemrosesan minyak kedelai menjadi margarin harus melalui proses hidrogenasi, yang yang diklaim sebagai lemak trans zat yang berbahaya bagi kesehatan jantung dan dilarang oleh USDA atau Departemen Pertanian AS.

"Nah ini kenapa mereka sangat membutuhkan sawit ini, nah sawit sangat sehat dibandingkan minyak mereka," ungkap Eddy.

Nusantara TV menyelenggarakan forum diskusi ekonomi NTV Insight untuk mendalami dampak kebijakan tarif impor baru AS terhadap kelangsungan bisnis dan ekonomi Indonesia.

Konferensi bertajuk "Peluang Bisnis Indonesia Menghadapi Perang Tarif Trump" ini digelar di Nusantara Ballroom, NT Tower, Jakarta.

Baca juga: Forum NTV Insight, Don Bosco Dorong Sinergi Pemerintah-Pelaku Usaha Hadapi Tarif Trump

Konferensi NTV Insight ini mengusung tiga topik yang diperkirakan terkena dampak signifikan akibat kebijakan tarif impor AS, yaitu masa depan bisnis ekspor Indonesia, tantangan baru industri sawit nasional, dan industri peternakan Indonesia.

x|close