Ntvnews.id, Sulawesi Selatan - Kondisi terumbu karang hasil restorasi di perairan Pulau Bontosua, Sulawesi Selatan, kini dinilai memiliki keindahan yang setara dengan terumbu karang sehat alami. Penilaian tersebut merupakan hasil dari riset kolaboratif yang melibatkan tim peneliti IPB University bersama Mars Coral Reef Restoration Project serta sejumlah universitas luar negeri seperti Lancaster University, University of Montpellier, dan University of Texas.
Mars Coral Reef Restoration Project sebelumnya menjadi pihak yang melakukan upaya pemulihan ekosistem karang di wilayah tersebut. Pemantauan dan penilaian atas hasil restorasi kemudian dilakukan oleh para peneliti, termasuk dari IPB University. Penelitian yang diketuai oleh Cut Aja Gita Alisa, mahasiswa pascasarjana Ilmu Kelautan IPB, ini telah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports dan ditayangkan di Nature.com dengan judul "Benthic communities on restored coral reefs confer equivalent aesthetic value to healthy reefs."
"Kami menggunakan AI (Artificial Intelligent atau kecerdasan buatan, red) dalam penelitian ini. AI bertugas membantu kami membuat keputusan untuk mengkuantifikasi keindahan terumbu karang hasil restorasi," ujar Dr. Beginer Subhan, pakar restorasi terumbu karang dari IPB University, dalam keterangannya, Senin, 7 Juli 2025,
"Harapannya, hasil penelitian ini bisa menjadi standar yang digunakan, untuk menilai keberhasilan kegiatan restorasi terumbu karang di Indonesia, bahkan di dunia," lanjutnya.
Penelitian ini juga melibatkan Dr. Tries B. Razak, Prof. Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc., serta mahasiswa pascasarjana Rindah Talitha Vida. Dari pihak internasional, turut bergabung peneliti seperti Tim Lamont, Nicolas Mouquet, Nicholas Graham, Christopher Hemingson, dan David Mouillot, serta tim monitoring Mars Coral Restoration Project yang berbasis di Makassar.
Gita Alisa menjelaskan bahwa tim juga melakukan dokumentasi visual dengan kamera bawah air Olympus TG-5, lalu hasil foto dianalisis menggunakan AI. "Hasilnya adalah R kuadrat sama dengan 0,95," jelasnya. Nilai tersebut menunjukkan akurasi prediksi sangat tinggi karena mendekati angka 1, yang dikenal sebagai kategori high prediction accuracy.
Dengan demikian, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa upaya restorasi yang dilakukan dengan metode tepat dapat mengembalikan keindahan visual terumbu karang hingga menyerupai terumbu alami yang masih sehat.
Metode Restorasi dan Pemantauan di Pulau Bontosua
Penelitian difokuskan pada area restorasi di sekitar Pulau Bontosua, Sulawesi Selatan. Sebanyak 18 lokasi sampling dipilih dari area seluas 0,79 kilometer persegi. "Artinya, kualitas air dan kondisi cuaca, setiap harinya konsisten di semua lokasi. Tidak boleh berubah," jelas Dr. Beginer.
Metode yang digunakan adalah teknik “Reef Star” yang dikembangkan Mars Coral Restoration Project, dengan hasil peningkatan tutupan karang dari 10 persen menjadi 60 persen. Namun para peneliti mencatat bahwa keindahan visual bisa menurun drastis ketika terumbu mengalami stres akibat pemanasan suhu air laut atau polusi.
"Terumbu karang kehilangan daya tarik visualnya," ungkap tim peneliti.
Untuk mengukur persepsi keindahan, para peneliti membagikan 883 foto terumbu karang (sehat, restorasi, rusak) kepada 3.348 responden dari berbagai latar belakang secara daring. Responden berasal dari Indonesia, Perancis, Inggris, AS, dan Australia, yang terdiri dari akademisi, aktivis lingkungan, LSM, dan komunitas ilmiah. Hasilnya menunjukkan bahwa warna cerah dan struktur kompleks menjadi indikator utama persepsi keindahan.
Teknologi AI Dorong Efisiensi Konservasi Laut
Gabungan teknologi AI dan metode restorasi memberikan hasil signifikan. Peneliti IPB University kini mampu memprediksi tingkat keindahan terumbu di lokasi restorasi, yang nilainya setara dengan terumbu sehat.
Penggunaan AI ini bertujuan tidak hanya untuk efisiensi pemantauan, tetapi juga mendukung konservasi laut yang berkelanjutan. “Ke depannya IPB University akan memanfaatkan AI untuk memantau pemulihan ekosistem secara efisien dan objektif, mendukung upaya perlindungan laut di Indonesia dan dunia,” demikian dijelaskan dalam rilis penelitian.
Pendekatan ini juga diyakini mampu membantu pengelolaan kawasan konservasi dan ekowisata laut. Penelitian ini menunjukkan bahwa restorasi terumbu tak hanya memberi manfaat ekologis, tetapi juga berpotensi menumbuhkan nilai ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Dengan riset ini, IPB University menegaskan komitmennya dalam sains restorasi laut dan menempatkan Indonesia sebagai calon pemimpin global dalam konservasi berbasis teknologi.