A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Budiyanto Imam Suyanto, Sosok di Balik Ekspansi Besar Vape Lokal - Ntvnews.id

Budiyanto Imam Suyanto, Sosok di Balik Ekspansi Besar Vape Lokal

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Mei 2025, 20:11
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Pendiri JVS Group sekaligus Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Periode 2023-2026. Budiyanto Imam Suyanto. Pendiri JVS Group sekaligus Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Periode 2023-2026. Budiyanto Imam Suyanto. (JVS Group)

Ntvnews.id, Jakarta - Budiyanto Imam Suyanto tak pernah menyangka bahwa kebiasaannya beralih dari rokok konvensional ke vape pada 2013 akan menjadi awal perjalanan bisnis yang membawanya mendirikan JVS Group, salah satu pemain besar dalam industri vape di Indonesia.

Berawal dari keinginan pribadi untuk berhenti merokok, Budi, sapaannya, mencoba vape dan berhasil menghentikan kebiasaan lamanya.

“Saya mulai vape itu 2013. Awalnya kan saya ngerokoknya banyak. Akhirnya saya cobain vape, akhirnya saya bisa berhenti ngerokok,” tuturnya saat ditemui di kantor JVS Group, Rabu, 21 Mei 2025.

Berangkat dari pengalaman pribadi itu, ia melihat peluang bisnis. Budiyanto mulai menjual perangkat vape secara online melalui Kaskus dan OLX. Merespons antusiasme pasar, ia memutuskan membuka toko fisik pertamanya di kawasan Fatmawati, Jakarta, pada 2014.

“Akhirnya kepikiran kenapa enggak buka toko offline. Akhirnya di 2014 buka toko offline di Fatmawati kecil, tapi omzetnya bagus,” ujar Budi.

Namun perjalanan bisnisnya tidak selalu mulus. Tahun 2015, usahanya sempat terkena razia karena pada masa itu rokok elektronik belum dikenakan cukai. Situasi inilah yang mendorongnya turut mendirikan Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) sebagai wadah yang menjembatani pelaku industri dengan regulator.

“2015 sempat dirazia karena waktu itu belum dicukai. Nah 2015 kita dirikan lah APVI, untuk menjadi kendaraan buat regulator supaya bisa diamankan lah,” jelas Budi yang kini juga menjabat sebagai Ketua Umum APVI.

Tahun yang sama, Budiyanto pindah ke Malaysia untuk memperluas distribusi produk vape.

“Waktu itu saya distribusi di Malaysia. Alhamdulillah lancar,” katanya.

Namun pada 2016, ia memutuskan kembali ke Indonesia dan menemukan pasar vape tengah mengalami pertumbuhan pesat. Kesempatan itu dimanfaatkannya dengan mendirikan jaringan distribusi yang lebih luas, hingga pada 2020 ia membangun pabrik dan mengembangkan berbagai lini usaha.

Pendiri JVS Group sekaligus Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Periode 2023-2026. Budiyanto Imam Suyanto. <b>(JVS Group)</b> Pendiri JVS Group sekaligus Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Periode 2023-2026. Budiyanto Imam Suyanto. (JVS Group)

 

“2016 saya balik ke sini, ramai, 2018 akhirnya buka distribusi, 2020 kita udah mulai bikin pabrik dan udah mulai banyak bikin lini-lini bisnis lah. Dari retail, distribusi, pabrik, kita bikin pabrik botol, bikin majalahnya juga. Jadi ekosistemnya udah kita buat semua,” terang Budiyanto.

Meski pandemi COVID-19 sempat menghantam industri, JVS Group berhasil bertahan dan kini kembali tumbuh. Salah satu fokus utama mereka saat ini adalah brand NIXX, bagian dari portofolio multibrand JVS yang kini memiliki lebih dari 20 merek.

Namun, Budiyanto mengakui bahwa tantangan terbesar dalam industri vape bukanlah persaingan pasar, melainkan regulasi. Ia menyayangkan hadirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 yang dinilainya memberatkan pelaku usaha vape.

“Yang pasti kalau sekarang kendalanya di APVI itu PP 28/2024. Bukan hanya rokok elektronik, tapi konvensional juga. Tapi lebih berat di rokok elektronik karena lebih banyak pelanggarannya,” ucapnya.

Budiyanto menyoroti bahwa kajian ilmiah menunjukkan vape jauh lebih aman dibanding rokok konvensional.

“Kalau secara kajian, kita bicara dari sudut APVI-nya dulu, kita kajian sama BRIN aja udah analisa, 95 persen memang lebih baik daripada rokok konvensional. Kita sudah tes. Dan juga kalau di Public Health of England mereka statement bahwa vape itu 95 persen lebih baik daripada rokok,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa tren di Eropa dan Inggris terus meningkat karena adanya dukungan regulasi berbasis sains.

Sayangnya, di Indonesia, menurutnya, regulasi dibuat tanpa melibatkan kementerian terkait secara menyeluruh.

“Cuma di Indonesia ini, PP 28/2024 ini yang disesalkan adalah begitu Menkes bikin peraturan, itu tidak dilibatkan kayak Kemenperin, Bea Cukai. Makanya mereka juga agak-agak slek tuh di situ. Akhirnya tiba-tiba udah keluar PP 28/2024 ini,” ujarnya.

Pendiri JVS Group sekaligus Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Periode 2023-2026. Budiyanto Imam Suyanto. <b>(JVS Group)</b> Pendiri JVS Group sekaligus Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Periode 2023-2026. Budiyanto Imam Suyanto. (JVS Group)

Kini, melalui APVI, Budiyanto dan para pelaku industri tengah berjuang untuk membatalkan aturan tersebut. Ia juga menggagas kampanye sosial mengajak para pengguna vape untuk memeriksa kondisi paru-parunya dan membagikan hasilnya di media sosial guna membangun kesadaran publik dan mendorong kebijakan berbasis data.

“Sekarang kita lagi bikin gerakan yaitu rontgen. Saya juga udah rontgen. Kita lagi gerakin di social media, selama 10 tahun orang-orang yang vaping itu gimana sih hasilnya. Nah, ini yang lagi kita geraki, supaya pemerintah juga ngelihat gitu loh,” katanya.

Baginya, perkembangan industri vape tak bisa dipisahkan dari masuknya perusahaan tembakau besar yang kini turut bermain di sektor ini.

“Karena kan kalau zaman dulu kalau ngelihat kan black campaign-nya banyak sekali, tapi begitu ‘big tobacco’ masuk kan black campaign-nya berkurang. Karena ‘big tobacco’ udah main (vape) kan sekarang,” ungkapnya.

Dengan kontribusi cukai dari rokok elektronik yang hingga Agustus 2024 mencapai Rp1,65 triliun atau tumbuh 49 persen secara tahunan, Budiyanto percaya bahwa industri ini bisa terus tumbuh asal mendapat dukungan regulasi yang adil dan berbasis riset

Perjalanan bisnisnya menjadi bukti bahwa inovasi, keberanian, dan advokasi yang konsisten bisa menjadikan sebuah produk alternatif berubah menjadi sektor industri yang diperhitungkan.

x|close