Setelah keluarga mengizinkan, dokter tersebut mencari tahu penyebab meninggalnya warga di sana. Sang dokter melihat bahwa bagian tubuh pasien tampak baik-baik saja, tapi pada saat mengecek di bagian otak, ia terkaget-kaget melihat kondisi otak pasien.
Ilustrasi Cacing Pita (Pixabay)
“Begitu di otopsi, dibuka semuanya normal kecuali dibuka kepala dan otaknya diambil dan dipotong bolong-bolong semua. Bolong seperti dimakan tikus atau seperti keju bolong-bolong. Nah begitu, dia inget pelajaran dosen parasitologi, jangan-jangan sistiserkosis,” paparnya.
Sistiserkosis adalah keadaan dimana tubuh seseorang terjangkit cacing pita yang berasal dari daging babi. Cacing pita tersebut masuk ke dalam tubuh dan bersarang. Mereka biasanya akan langsung masuk ke bagian kepala atau otak manusia untuk berkembangbiak.
“Habis begitu, dia ambil tinjanya, dia periksa dan ketemu telur-telur cacing pita babi, terjadi karena mereka masaknya nggak cukup matang, Nah, itu masuk ke dalam badan, parasitnya itu sebagian membentuk kista di kepala,” ungkap dr Djaja.
Sementara penyebab orang tersebut mengalami kejang-kejang karena kehilangan memori di otak sehingga melemparkan diri ke bara api. Sang dokter membuat aturan bahwa ketika ada yang mau periksa ke puskesmas harus periksa tinja terlebih dahulu.
Benar saja, setelah melakukan pemeriksaan tersebut, sebagian besar orang di sana menderita cacing pita yang tinggi sehingga harus dilakukan pengobatan. Sejak saat itu, kejadian orang terjangkit cacing pita mulai berkurang hingga tidak terjadi lagi.