Namun, jika pembangunan dilakukan dengan cara-cara yang merugikan masyarakat, maka perlawanan adalah satu-satunya pilihan.
Ahmad Muhajir, yang juga menjabat sebagai Ketua Koalisi Rakyat Banten Utara Melawan (KARBALA), dalam orasinya kembali menegaskan pentingnya mempertahankan tanah Banten sebagaimana yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa di masa lalu. Sebelum menyampaikan tuntutan mereka, massa menggelar doa bersama sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka.
Kholid menegaskan bahwa dirinya tidak iri terhadap para pengusaha yang memiliki kekayaan berlimpah, namun ia akan marah jika kekayaan tersebut didapat dari hasil penindasan terhadap rakyat kecil.
"Saya tidak cemburu dengan mereka yang punya Rubicon 7, Saya juga tidak cemburu dengan mereka yang rumahnya tingkat 7, dan saya juga tidak mengirim kepada mereka yang duitnya berton-ton. Saya akan marah ketika proses pendapatannya itu adalah hasil garong (mencuri), saya akan marah kalau proses pembangunannya itu adalah menjajah tanah leluhur kami," tuturnya.
Tak hanya itu, Kholid dengan tegas menyatakan bahwa jika pembangunan yang merugikan rakyat tetap dipaksakan, maka perlawanan akan menjadi pilihan terakhir mereka.
"Maka saya katakan hari ini mudah-mudahan Aulia Sultan Ageng Tirtayasa menyaksikan ucapan saya ini, maka detik ini kami akan menyatakan perang," tegasnya.