Severity: Notice
Message: Undefined offset: 0
Filename: helpers/banner_helper.php
Line Number: 91
Backtrace:
File: /www/ntvweb/application/helpers/banner_helper.php
Line: 91
Function: _error_handler
File: /www/ntvweb/application/helpers/banner_helper.php
Line: 69
Function: gpt
File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 116
Function: gen_ads
File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once
Severity: Notice
Message: Undefined variable: gpt
Filename: banner/gpt.php
Line Number: 1
Backtrace:
File: /www/ntvweb/application/views/banner/gpt.php
Line: 1
Function: _error_handler
File: /www/ntvweb/application/helpers/banner_helper.php
Line: 70
Function: view
File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 116
Function: gen_ads
File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once
Ntvnews.id, Jakarta - Puasa Ramadhan adalah kewajiban bagi umat Muslim yang harus dilaksanakan setiap tahun. Namun, bagaimana jika seseorang sedang dalam perjalanan jauh atau menjadi musafir? Apakah mereka wajib berpuasa ataukah diberikan keringanan? Pertanyaan ini sering kali muncul, terutama ketika seseorang merasa bingung apakah harus tetap berpuasa meskipun sedang bepergian.
Dikutip dari beberapa sumber, berikut ini akan membahas secara rinci mengenai kewajiban puasa bagi musafir, dengan penjelasan yang menarik dan mudah dipahami.
Baca Juga : Puasa Tanpa Sahur Bisa Bikin Kurus?
Musafir adalah istilah yang merujuk pada seseorang yang sedang bepergian jauh, lebih dari 80 km dari tempat tinggalnya. Dalam Islam, perjalanan jauh ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan keringanan dalam beberapa kewajiban agama, termasuk kewajiban berpuasa. Berdasarkan syariat Islam, seorang musafir diberikan kelonggaran dalam menjalankan puasa Ramadhan.
Secara umum, musafir tidak diwajibkan untuk berpuasa jika perjalanan tersebut memenuhi syarat sebagai musafir dalam pengertian syariat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 184:
> "Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan (musafir), maka wajib berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah: 184)
Baca Juga : Bolehkah Puasa Senin-Kamis Digabungkan dengan Nisfu Syaban? Begini Penjelasannya!