Ntvnews.id, Jakarta - Akhir-akhir ini, nama Menteri Bahlil menjadi sorotan. Terutama dalam urusan subsidi—khususnya subsidi energi. Mengapa?
Karena Menteri Bahlil tak ingin satu rupiah pun subsidi BBM dan LPG untuk rakyat bocor di tengah jalan. Ia bergerak seirama dengan mandat Presiden Prabowo: selamatkan setiap rupiah uang rakyat.
Maka, Menteri Bahlil pun all-out membasmi mafia migas. Langkah inilah yang membuat para mafia panas dingin. Mereka melancarkan serangan balik secara brutal—terutama lewat media sosial.
Berbagai fitnah disebar. Ribuan buzzer dikerahkan. Serangan datang dari segala arah, tanpa arah yang jelas.
Namun, di tengah gempuran itu, Menteri Bahlil tetap kukuh. Tenang. Tak bergeming sedikit pun. Mengapa?
Karena ia menyimpan sebuah kisah masa kecil—yang mengakar dalam, menjadi fondasi moral perjuangannya.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (Dokumentasi NTVnews)
Kisah Itu Dimulai di Fakfak, Papua…
Saat masih duduk di bangku SMP, Bahlil muda kerap diminta ayahnya mengambil beras jatah bulanan dari kelurahan. Setiap keluarga mendapat jatah 25 kg beras dari pemerintah. Gratis bagi PNS, ABRI, dan POLRI. Sedangkan masyarakat umum—seperti orang tua Bahlil yang bukan PNS—cukup membayar Rp700 per kg. Itu pun sudah disubsidi.
Suatu sore, setelah mengambil jatah beras, Bahlil kecil bersiap memanggul karung pulang ke rumah. Tapi ia terkejut. Setelah dicek, beras yang ia dapat hanya 22 kg. Tiga kilogram hilang—disunat oknum di kelurahan.
Berasnya pun jauh dari layak: kuning, bercampur kerikil, bahkan ada ulat kecil. Tapi, Bahlil kecil tak mengeluh. “Yang penting tidak lapar,” ujarnya dalam hati.
Namun, ia tiba-tiba teringat pesan tegas dari sang ayah:
“Jangan kau pulang kalau belum 25 kg kau dapat itu barang. Kalau kurang, adik-adikmu mau makan apa di akhir bulan?”
Pesan itu membekas. Bahlil kecil menahan lapar dan lelah, bertahan di kelurahan hingga lewat magrib. Ia bersikeras menuntut haknya—karena tahu betul arti 3 kg beras bagi keluarganya.
Setelah beradu argumen, akhirnya sang oknum menyerah. Beras 3 kg yang sempat hilang, dikembalikan. Dengan senyum bahagia, Bahlil kecil memanggul penuh 25 kg beras. Menempuh lebih dari 1 km melewati jalanan berbukit di Fakfak.
Kisah Ini Membekas Sepanjang Hidupnya
Perjuangan masa kecil itu tak pernah ia lupakan. Berkali-kali ia ceritakan dalam berbagai forum. Kisah itu menjadi pijakan moral perjuangannya saat ini—menjaga dan menyelamatkan subsidi rakyat miskin.
Kini, meski telah jadi pengusaha sukses dan pejabat tinggi negara, Menteri Bahlil tahu betul arti setiap rupiah subsidi untuk rakyat. Karena ia pernah ada di posisi itu. Bukan dari teori. Tapi dari pengalaman nyata.
Itulah sebabnya, Menteri Bahlil tak gentar menghadapi mafia. Tak peduli diserang. Tak takut difitnah. Ia berdiri tegak membela yang hak—demi subsidi yang benar-benar sampai ke tangan rakyat.
Ia tak ingin ada lagi anak-anak seperti dirinya dulu yang harus memperjuangkan 3 kg beras subsidi. Dan sesuai perintah Presiden Prabowo, setiap rupiah uang rakyat harus diselamatkan.
Oleh:
RIZAL CALVARY MARIMBO
Tenaga Ahli Menteri ESDM RI