Ntvnews.id
Rasool mengungkapkan bahwa ia sebenarnya ingin kembali ke Afrika Selatan setelah mencapai kesepakatan dengan AS.
"Tetapi kami tidak dapat melakukannya dengan membiarkan AS memilih siapa yang harus menjadi teman kami dan siapa yang harus menjadi musuh kami." katanya kepada warga Afrika Selatan di Cape Town.
Baca juga: Trump Usir Dubes Afrika Selatan
Dia mengungkapkan kepada mereka tidak "berhasil" dalam menepis "kebohongan genosida kulit putih" di Afrika Selatan.
Rasool menegaskan bahwa Afrika Selatan tidak bisa "memenangkan" Undang-Undang Pertumbuhan dan Peluang Afrika (AGOA) AS hanya dengan mencabut gugatan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).
"Karena saat kita berdiri di sini, pemboman terus berlanjut dan penembakan terus berlanjut, dan jika Afrika Selatan tidak berada di ICJ, Israel tidak akan terungkap, dan Palestina tidak akan memiliki harapan," tambahnya.
Rasool menekankan bahwa ia tidak bermaksud menyebut Afrika Selatan anti-Amerika atau tidak memerlukan Amerika.
"Kami datang ke sini bahkan setelah dinyatakan sebagai persona non grata. Kami tetap datang ke sini dan berkata, kami harus membangun kembali dan kami harus mengatur ulang hubungan dengan Amerika," katanya.
Rasool menegaskan bahwa Afrika Selatan "tidak boleh memiliki pandangan sederhana" bahwa "duta besar kulit putih harus ditempatkan untuk presiden kulit putih" di AS. Ia menambahkan, "Kami memiliki hubungan yang harus kami atur ulang dan kami bangun kembali."
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menetapkan Duta Besar Afrika Selatan untuk AS, Ebrahim Rasool, sebagai persona non grata setelah mengikuti webinar yang diadakan oleh Institut Mapungubwe Afrika Selatan untuk Refleksi Strategis.
Baca juga: Dubes Afrika Selatan Diusir dari AS, Diberi Waktu 72 Jam!
Rasool menuduh Trump menerapkan kebijakan dan praktik yang ia gambarkan sebagai “respons supremasi kulit putih terhadap keragaman demografi yang berkembang di Amerika Serikat.”
Langkah itu diambil di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Pretoria.
Bulan lalu, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memangkas bantuan keuangan AS ke Afrika Selatan. Keputusan tersebut didasarkan pada kekhawatiran terkait undang-undang perampasan tanah, kasus genosida terhadap Israel di ICJ, serta hubungan yang semakin erat antara Afrika Selatan dan Iran.
(Sumber: Antara)