Ntvnews.id, Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta memberikan apresiasi tinggi kepada Taman Ismail Marzuki (TIM) atas keberhasilannya menjadi ruang penyelenggaraan Jakarta Future Festival (JFF) 2025, sebuah festival kolaboratif yang meriah dan inspiratif, dengan jumlah pengunjung mencapai lebih dari 61.000 orang selama tiga hari pelaksanaan.
Dengan mengusung tema “Collaborate to Elevate,” JFF 2025 menjadi ruang pertemuan gagasan, ekspresi, dan aksi bersama lintas komunitas, institusi, dan pelaku seni-budaya. Festival ini tak hanya menampilkan keberagaman kreativitas warga kota, tetapi juga menegaskan arah pembangunan Jakarta sebagai kota global yang terbuka, kolaboratif, dan berdaya saing, dengan TIM sebagai salah satu simpul utamanya.
Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta, Atika Nur Rahmania, menyampaikan bahwa keberhasilan penyelenggaraan festival ini merupakan cerminan konkret visi pembangunan kota yang bertumpu pada kolaborasi dan partisipasi warga.
“Jakarta Future Festival adalah bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor bisa melahirkan ruang ruang publik yang relevan dan hidup. Kami sangat mengapresiasi TIM—tidak hanya sebagai lokasi, tetapi sebagai ekosistem kreatif yang terus bertumbuh dan beradaptasi dengan semangat zaman. TIM telah menjadi simbol bagaimana ruang publik bisa menjadi lokomotif transformasi sosial menuju Jakarta sebagai kota global," ujar Atika dalam keterangannya, Senin, 14 Juli 2025.
“Kami melihat TIM tidak hanya sebagai pusat kesenian, tetapi sebagai representasi wajah baru Jakarta: inklusif, progresif, dan kolaboratif. Ini adalah model ruang kota masa depan yang patut direplikasi,” tambahnya.
Sebagai pengelola utama kawasan TIM, PT Jakarta Propertindo (Perseroda) turut menjadi bagian penting dalam kesuksesan penyelenggaraan JFF 2025. Direktur Utama Jakpro, Iwan Takwin, menegaskan bahwa komitmen pengelolaan TIM bukan sekadar menjaga fasilitas, tetapi juga menghidupkan ruangnya agar terus relevan dan berdampak.
“Kami di Jakpro percaya bahwa ruang publik seperti TIM harus menjadi ruang yang bergerak—ruang yang memungkinkan warga untuk berkarya, bertemu, dan membangun gagasan bersama. Jakarta Future Festival 2025 membuktikan bahwa semangat ini hidup di TIM. Kami bangga bisa mendukung penyelenggaraan ini, dan akan terus berkomitmen menjadikan TIM sebagai katalis ekosistem kreatif Jakarta,” ujar Iwan Takwin.
Salah satu sorotan utama dari JFF 2025 adalah penyelenggaraan 51 sesi Talks & Discussion yang secara khusus mengangkat tema perencanaan dan masa depan Jakarta menuju Jakarta Global City. Forum-forum ini melibatkan berbagai narasumber dari lintas sektor—mulai dari perencana kota, arsitek, pegiat komunitas, hingga pemimpin muda—yang berdialog secara terbuka mengenai tantangan dan potensi transformasi kota.
Seluruh sesi diskusi ini tersebar di berbagai ruang di kawasan TIM, yaitu Graha Bhakti Budaya (GBB), Teater Jakarta, Gedung Trisno Sumardjo, dan Gedung Ali Sadikin, menjadikan festival ini bukan hanya selebrasi budaya, tetapi juga forum intelektual dan strategis untuk masa depan Jakarta.
Seluruh area TIM diaktifkan secara penuh dan bertransformasi menjadi ruang ekspresi yang hidup. Graha Bhakti Budaya menjadi titik temu lintas generasi dalam pertunjukan seni dan budaya, sementara Teater Jakarta menyajikan penampilan kolaboratif lintas genre yang mengesankan. Plataran TIM menjadi ruang interaksi yang akrab dan terbuka, menghadirkan berbagai aktivitas komunitas dan pertunjukan luar ruang.
Galeri Cipta menggugah wacana melalui pameran visual kontemporer, dan Perpustakaan Jakarta melengkapi festival dengan program literasi, diskusi, serta kegiatan komunitas edukatif. Dengan pendekatan kurasi yang kolaboratif, JFF 2025 menghadirkan pengalaman festival yang kaya dan multidimensi.
Festival ini mencatat total 61.502 pengunjung, dengan rincian 18.765 orang pada hari pertama, 20.329 di hari kedua, dan 22.408 di hari ketiga—menjadikannya salah satu capaian tertinggi pascarevitalisasi kawasan TIM.
Keberhasilan Jakarta Future Festival 2025 membuktikan bahwa ruang publik yang terbuka, partisipatif, dan dikelola secara berkelanjutan dapat menjadi fondasi kota global yang sesungguhnya. Komunitas lintas bidang—dari seni, budaya, pendidikan, lingkungan, hingga UMKM—hadir aktif dan berkontribusi menjadikan TIM sebagai pusat denyut kolaboratif Jakarta selama tiga hari penuh.
Taman Ismail Marzuki kini berdiri bukan hanya sebagai ikon seni dan budaya, tetapi juga sebagai simpul penting dalam transformasi kota. TIM telah membuktikan dirinya sebagai ruang kota yang tidak hanya menyatukan, tetapi juga menggerakkan, serta membesarkan ekosistem kolaborasi yang berdampak luas. Jakarta Future Festival 2025 menjadi tonggak baru perjalanan kota menuju masa depan: sebuah kota global yang tumbuh bersama warganya, berpijak pada nilai, dan bergerak dengan kolaborasi.