Ntvnews.id, Hanoi - Vietnam dan Rusia telah sepakat untuk segera memulai perundingan dan menyusun perjanjian terkait pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di wilayah Vietnam.
Kesepakatan ini merupakan bagian dari upaya memenuhi kebutuhan energi yang meningkat seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
“Pembangunan PLTN dengan teknologi mutakhir ini akan dilakukan sesuai dengan standar keselamatan nuklir dan radiasi yang berlaku, serta ditujukan untuk mendukung kemajuan sosial dan ekonomi,” demikian bunyi pernyataan bersama usai kunjungan Presiden Vietnam, To Lam, ke Moskow, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 13 Mei 2025.
Vietnam, yang sebelumnya menghentikan proyek PLTN hampir selama sepuluh tahun, kini menghidupkan kembali rencana tersebut untuk menambah kapasitas energi dan menopang pertumbuhan ekonominya yang terus melaju.
Baca Juga: Iran Tetap Ingin Punya Hak Penuh dalam Perkaya Bahan Pembuat Nuklir
Pemerintah Vietnam memperkirakan bahwa PLTN pertama dengan kapasitas total hingga 6,4 gigawatt (GW) dapat mulai beroperasi antara tahun 2030 hingga 2035.
Pada awal tahun ini, pemerintah juga mengungkapkan rencana untuk menggelar pembicaraan dengan sejumlah mitra internasional terkait proyek PLTN, termasuk Rusia, Jepang, Korea Selatan, Prancis, dan Amerika Serikat.
Dalam pernyataan bersama tersebut juga disebutkan bahwa kedua negara berkomitmen memperkuat kerja sama di sektor energi, khususnya minyak dan gas, termasuk pasokan minyak mentah Rusia serta gas alam cair ke Vietnam.
Selain itu, Vietnam dan Rusia menyatakan akan saling mendukung ekspansi perusahaan-perusahaan energi mereka di masing-masing negara.