Ntvnews.id, Moskow - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengajukan inisiatif untuk menggelar perundingan damai secara langsung dengan Ukraina pada 15 Mei 2025 di Istanbul, Turki. Langkah ini bertujuan untuk menyelesaikan akar konflik yang memicu perang.
Dilansir dari Reuters, Selasa, 13 Mei 2025, Putin sebelumnya mengerahkan ribuan tentaranya ke Ukraina pada Februari 2022, yang kemudian memicu konflik bersenjata besar-besaran.
Perang ini telah menyebabkan ratusan ribu korban jiwa dari kalangan militer serta memicu ketegangan paling serius antara Rusia dan negara-negara Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962.
Dalam perkembangan terbaru, Putin menyampaikan ajakan perundingan langsung dengan Ukraina di Istanbul sebagai bagian dari upaya "menghilangkan akar penyebab konflik" dan "untuk mencapai pemulihan perdamaian jangka panjang dan langgeng". Putin menegaskan bahwa yang ia inginkan bukan sekadar jeda sementara lewat gencatan senjata.
Baca Juga: Xi Jinping dan Putin Bersinergi Lawan Pengaruh AS
"Kami mengusulkan agar Kyiv melanjutkan negosiasi langsung tanpa prasyarat apa pun," ucap Putin dari Kremlin pada Minggu, 11 Mei 2025.
"Kami menawarkan otoritas Kyiv untuk melanjutkan negosiasi pada hari Kamis, 15 Mei, di Istanbul," tambahnya.
Putin juga menyebut dirinya akan berbicara dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, guna memfasilitasi dialog antara kedua belah pihak.
Baca Juga: Prabowo Bakal Bertemu Putin di Rusia Juni Mendatang
"Usulan kami, seperti yang mereka katakan, sudah ada di atas meja, keputusan sekarang ada di tangan otoritas Ukraina dan kurator mereka, yang tampaknya dipandu oleh ambisi politik pribadi mereka, dan bukan oleh kepentingan rakyat mereka," ujarnya.
Hingga saat ini, Ukraina belum memberikan tanggapan resmi atas tawaran tersebut. Putin mengatakan bahwa Rusia telah beberapa kali mengajukan gencatan senjata, termasuk penghentian serangan terhadap infrastruktur energi, gencatan senjata saat perayaan Paskah, hingga yang terakhir, gencatan senjata selama 72 jam dalam rangka memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II. Namun, ia menuding pihak Ukraina terus menerus melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati.