China: Proyek Golden Dome AS Berisiko Ubah Angkasa Jadi Zona Perang

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Mei 2025, 14:21
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning. (Antara)

Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah China mengecam rencana Amerika Serikat untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal berbasis luar angkasa bernama 'Golden Dome', yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump baru-baru ini. Beijing memperingatkan bahwa inisiatif ini berisiko tinggi memicu perlombaan senjata di luar angkasa dan mengancam stabilitas global.

“Proyek tersebut akan meningkatkan risiko mengubah angkasa menjadi zona perang dan menciptakan perlombaan senjata antariksa, serta mengguncang sistem keamanan dan pengendalian senjata internasional,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Rabu, 21 Mei 2025.

Sehari sebelumnya, Presiden Trump mengumumkan bahwa AS akan memulai pelaksanaan program pertahanan rudal 'Golden Dome' yang mengandalkan satelit dan sistem berbasis antariksa untuk mencegat rudal saat meluncur. Proyek ambisius ini diperkirakan menelan anggaran sekitar 175 miliar dolar AS dan ditargetkan mulai beroperasi sebelum akhir masa jabatan Trump.

“‘Golden Dome’ bermaksud untuk menciptakan sistem pertahanan rudal yang tidak terbatas, global, berlapis-lapis, dan multidomain,” ungkap Mao Ning.

Baca Juga: Trump Mau Buat Sistem Pertahanan Rudal Golden Dome Senilai Rp2.869 T untuk Hadapi Ancaman China dan Rusia

Ia menambahkan bahwa sistem ini akan memperluas kapasitas persenjataan Amerika di luar angkasa, termasuk pengembangan senjata dan penyebaran sistem intersepsi di orbit.

“Hal tersebut membuat proyek tersebut memiliki sifat ofensif yang kuat dan melanggar prinsip penggunaan damai dalam Perjanjian Luar Angkasa,” kata Mao Ning.

Lebih lanjut, ia mengecam pendekatan Trump sebagai bentuk lain dari kebijakan 'America First' yang menurutnya menempatkan kepentingan sepihak AS di atas stabilitas internasional.

“Hal ini melanggar prinsip 'undiminished security for all' (keamanan tanpa terkecuali) dan akan merusak keseimbangan dan stabilitas strategis global. China sangat khawatir,” tegas Mao Ning.

China mendesak AS agar menghentikan pengembangan dan pengerahan sistem pertahanan rudal global, dan sebaliknya mengambil langkah nyata untuk membangun kepercayaan strategis antarnegara besar serta menjaga kestabilan keamanan global.

Sistem 'Golden Dome' dirancang untuk dapat mencegat rudal musuh pada empat fase utama: sebelum peluncuran, saat awal penerbangan, di tengah lintasan dan menjelang jatuh ke target. Untuk itu, AS akan mengandalkan sensor dan satelit canggih di antariksa serta sistem pertahanan berbasis darat dan udara.

Jenderal Michael Guetlein, Wakil Kepala Operasi Luar Angkasa AS, ditunjuk untuk memimpin proyek ini. Sementara Kantor Anggaran Kongres AS memperkirakan bahwa komponen luar angkasa dari sistem ini saja bisa menelan biaya antara US$161 hingga 542 miliar dalam dua dekade mendatang.

Trump telah mengajukan dana awal sebesar US$25 miliar untuk proyek ini dalam rancangan undang-undang keringanan pajak yang masih menunggu persetujuan Kongres.

Proyek ini juga disebut sebagai respons Pentagon terhadap ancaman sistem rudal dan satelit baru dari China dan Rusia, termasuk kemampuan satelit penghancur satelit milik musuh. AS sendiri sudah memiliki infrastruktur pertahanan rudal yang cukup besar, seperti sistem Patriot yang diberikan ke Ukraina dan jaringan satelit pemantau peluncuran rudal.

Angkatan bersenjata AS juga memainkan peran penting dalam membantu Israel menangkis serangan Iran tahun lalu dan terus beroperasi di wilayah Timur Tengah, termasuk menggagalkan rudal dan drone yang diluncurkan oleh kelompok Houthi Yaman terhadap kapal-kapal Israel.

(Sumber: Antara)

x|close