Ntvnews.id, Jakarta - Sebuah kasus memilukan terjadi di Kabupaten Kerinci, Jambi, di mana seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun berinisial BAI menjadi korban dugaan malpraktik saat membuka jasa praktik khitan dengan metode laser.
Tragisnya, alat kelamin bocah tersebut diduga terpotong habis oleh seorang perawat di Kecamatan Kayu Aro, menyebabkan trauma berat dan gangguan serius pada fungsi buang air kecilnya. Insiden tersebut sebenarnya telah terjadi pada 19 Oktober 2024 silam.
Namun, belakangan ini sang ibunda, Dian Tiara membagikan kisah pilunya di medsos. Dalam video tersebut, Dian menggambarkan kondisi putranya yang terus mengalami pendarahan usai dikhitan dan bahkan sempat disuruh pulang oleh sang perawat meski kondisi anaknya belum stabil.
"Pendarahannya tidak mau berhenti, setelah diulang lagi (jahitnya) tapi tetap pendarahannya ada lagi. Sampai perawat tersebut menyuruh kami pulang," ungkap Dian dalam video yang beredar di media sosial seperti dilansir pada Jumat, 30 Mei 2025.
Menurut penuturan Dian, perawat yang menangani sempat mengakui telah melakukan kesalahan, bahkan sempat menyebut bahwa "kepala (kelaminnya) tersayat sedikit." Keluarga pun diberi uang transportasi sebesar Rp500 ribu untuk membawa BAI ke rumah sakit.
Namun fakta yang ditemukan di rumah sakit jauh lebih tragis alat kelamin korban tidak dapat disambung kembali.
"Hanya bisa buat saluran kencing, sampai sekarang masalahnya masih saluran kencing masih tersumbat," tambah Dian dalam pernyataan pada Senin, 26 Mei 2025.
Keluarga korban telah membawa BAI ke rumah sakit di Sumatra Barat, dan hingga saat ini telah dilakukan lima kali operasi. Sayangnya, hasil medis menyebutkan bahwa tidak ada harapan untuk mengembalikan fungsi kelamin seperti semula.
Dian juga menjelaskan bahwa pada dua operasi pertama, oknum perawat bertanggung jawab penuh atas biaya pengobatan. Namun untuk operasi ketiga hingga kelima, keluarga harus mengandalkan BPJS, sementara pelaku hanya memberikan bantuan transportasi.
Ironisnya, pelaku kini disebut mulai menghindari tanggung jawab dan tidak lagi menunjukkan itikad baik sesuai kesepakatan damai yang pernah dibuat. Akibat ketidakjelasan penyelesaian kasus ini, keluarga memutuskan untuk mengungkap kondisi anak mereka ke publik.
Respons netizen pun membanjiri unggahan tersebut dengan simpati dan desakan agar pelaku bertanggung jawab penuh atas masa depan korban. Dian berharap keadilan bisa ditegakkan dan anaknya mendapat penanganan medis yang layak demi masa depan dan kesehatan mentalnya.
“Saya hanya ingin anak saya bisa kembali seperti anak-anak lainnya dan tidak menderita selamanya karena kesalahan ini,” ujarnya penuh haru.