Ntvnews.id, Jakarta - Umar Patek bukan sosok sembarangan di Indonesia mengingat dia adalah mantan narapidana kasus terorisme Bom Bali I. Kini, ia memulai lembaran baru dalam hidupnya lewat dunia kopi. Pada Selasa, 3 Juni 2025, Umar meluncurkan produk kopi racikannya di Hedon Estate Surabaya.
Produk ini ia beri nama “Kopi Ramu”, simbol transformasi hidup dari masa lalu yang kelam menuju masa depan yang penuh harapan. Empat varian kopi diperkenalkan dalam peluncuran tersebut: arabika, robusta, signature blend, dan kopi rempah.
Perjalanan Umar hingga sampai ke panggung peluncuran produk tidak mudah. Usai bebas dari penjara pada akhir 2022, pria bernama asli Hisyam bin Ali Zein ini sempat menjalani masa-masa gelap karena kesulitan mendapatkan pekerjaan.
“Saya mencari kerja ke berbagai tempat, namun tak ada yang mau menerima karena latar belakang saya sebagai eks teroris. Saya pun sempat luntang-lantung dan bingung harus melakukan apa,” ujarnya saat ditemui wartawan, dilansir pada Kamis, 5 Mei 2025.
Peluang datang pada Januari 2023, saat Umar bertemu dengan David Andreasmito, seorang dokter gigi dan pengusaha sekaligus pemilik Hedon Estate. Dari pertemuan itulah segalanya berubah. David penasaran dengan kondisi Umar dan keduanya sempat bertemu di rumah David.
View this post on Instagram
Pada saat pertemuan itu, Umar menyajikan kopi rempah racikannya sendiri. Ternyata, rasa kopi itu membekas di lidah David dan menumbuhkan ide bisnis bersama. Awalnya Umar sempat ragu. Ia khawatir latar belakangnya akan merusak reputasi bisnis.
Namun David tak menyerah. Ia bahkan mengajak Umar belajar menyangrai biji kopi langsung di Bondowoso dan mengajarinya seluk-beluk dunia perkopian. Keyakinan Umar perlahan tumbuh, hingga akhirnya ia menerima tawaran kerja sama pada awal 2024.
Cinta Umar terhadap kopi ternyata sudah ada sejak lama. Khusus untuk kopi rempah, racikannya memiliki makna sentimental karena resep itu diwariskan sang ibu.
“Bisnis ini unik karena saya dulu teroris yang meramu bom, sekarang meramu kopi,” ucapnya dengan nada reflektif.
Umar berharap kopi racikannya dapat dinikmati masyarakat luas, tak hanya di Surabaya dan Banyuwangi, tapi juga ke seluruh penjuru Indonesia. Ia ingin kisah hidupnya menjadi inspirasi bahwa siapa pun bisa berubah dan memberi manfaat bagi orang lain.
“Kalau Umar tidak saya tolong, justru ada kemungkinan dia kembali seperti dulu. Meski saya non-muslim, Umar lebih dulu mencintai saya. Jadi bukan karena uang,” tutupnya.
Nama “Kopi Ramu” sendiri bukan hanya permainan kata jika di balik, “Ramu” menjadi “Umar”. Seperti jalan hidup Umar Patek yang kini berbalik menjadi lebih baik.