Ntvnews.id, Jakarta - Para ilmuwan di Amerika Serikat tengah menyoroti dengan serius kemunculan virus corona jenis baru yang ditemukan di China. Virus ini, yang diberi nama HKU5-CoV-2, diduga hanya memerlukan satu mutasi kecil untuk bisa menular ke manusia. Kekhawatiran ini muncul karena potensi virus tersebut melompat dari hewan ke manusia dan bisa memicu pandemi global baru.
Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Nature Communications, para peneliti dari Washington State University (WSU), California Institute of Technology, dan University of North Carolina mengungkap bahwa HKU5-CoV-2 memiliki kedekatan genetik dengan MERS-CoV—virus penyebab wabah mematikan di Timur Tengah pada 2012 lalu.
Virus ini termasuk dalam kelompok merbecovirus, sebuah subgenus dari virus corona yang dikenal mampu menimbulkan penyakit serius. Selama ini, virus HKU5 belum banyak diteliti, namun penelitian terbaru berhasil mengungkap potensi ancamannya.
Fokus utama studi ini adalah memahami bagaimana HKU5 mampu menyerang sel inang. Dalam prosesnya, para peneliti menemukan bahwa virus tersebut bisa mengenali dan menggunakan reseptor ACE2, yakni pintu masuk utama yang juga digunakan oleh virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Namun, saat ini virus HKU5 hanya efektif menggunakan ACE2 versi kelelawar dan belum bisa mengikat versi manusia secara optimal. Meski begitu, para ilmuwan memperingatkan bahwa mutasi kecil saja pada bagian lonjakan protein virus ini bisa mengubah situasi drastis.
"Kami juga menemukan bahwa virus HKU5 mungkin hanya selangkah lagi dari kemampuan menular ke manusia," ujar Prof Michael Letko, ahli virologi yang turut memimpin penelitian tersebut, dikutip dari The Independent pada Selasa, 10 Juni 2025.
Lebih lanjut, tim peneliti memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memodelkan bagaimana interaksi molekuler antara protein lonjakan virus dengan reseptor ACE2 terjadi. Model ini membantu para ilmuwan memprediksi bagaimana virus dapat berevolusi serta bagaimana sistem kekebalan manusia mungkin meresponsnya.
Virus HKU5-CoV-2 sendiri pertama kali terdeteksi pada kelelawar di China pada Februari lalu, berdasarkan temuan laboratorium setempat. Sejauh ini belum ada bukti bahwa virus tersebut telah menginfeksi manusia, namun potensi penularannya tetap menjadi perhatian utama.
Meski belum ada alasan untuk panik, para peneliti menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap virus corona kelelawar. Pengetahuan mendalam tentang bagaimana virus ini bekerja dan bermutasi dapat menjadi kunci dalam mencegah bencana kesehatan global berikutnya.