Hashim Djojohadikusumo: Kekuasaan Bisa Selamatkan Lingkungan, Contohnya Taman Nasional Kerinci Seblat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 18 Jun 2025, 12:16
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Hashim Djojohadikusumo Hashim Djojohadikusumo (YouTube Nusantara TV)

Ntvnews.id, Jakarta - Ketua Dewan Pembina Gekira, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan salah satu pencapaian konkret Gerindra dalam memperjuangkan pelestarian lingkungan hidup saat menjadi oposisi.

Dalam pidatonya yang disampaikan dalam Kongres Gekira, Hashim menceritakan bagaimana kekuasaan politik dapat digunakan untuk mencegah kerusakan lingkungan, merujuk pada insiden tahun 2015 yang nyaris menghancurkan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Saat itu, kata Hashim, ia mendapat informasi dari sejumlah LSM pemerhati lingkungan bahwa seorang bupati di Sumatera berencana membangun jalan sepanjang 60 kilometer yang akan membelah TNKS taman nasional terbesar di Indonesia seluas 1,3 juta hektare. Proyek tersebut dinilai berpotensi membuka akses bagi pemburu liar, penebangan ilegal, hingga ekspansi sawit yang bisa mengancam kelestarian kawasan konservasi penting ini.

"Saya hampir tidak percaya, tapi ternyata benar. Kalau jalan itu dibangun, pemburu datang, pembalak datang, sawit masuk. Hutan habis," ujarnya di Nusantara Ballroom, NT Tower, pada Rabu, 18 Juni 2025.

Hashim langsung menghubungi kader Gerindra saat itu, Fadli Zon yang menjabat sebagai Ketua Komisi V DPR RI untuk meminta bantuan menghentikan proyek tersebut. Fadli, yang kala itu berada di barisan oposisi, disebut memiliki kekuasaan legislasi untuk mengintervensi anggaran infrastruktur nasional.

“Pak Fadli langsung telepon Menteri PUPR, Pak Basuki. Dalam 20 menit ada jawaban. Dua minggu kemudian, Dirjen Bina Marga sudah kirim surat pembatalan. Itu kekuasaan,” tegas Hashim.

Hashim menekankan bahwa kisah tersebut bukan sekadar catatan sukses personal, melainkan bukti nyata bahwa kekuasaan bisa dimanfaatkan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan menjaga lingkungan.

"Kalau kita tidak punya kekuasaan, kita cuma bisa teriak-teriak. Tapi dengan kekuasaan, kita bisa berbuat banyak yang baik," tegasnya.

Lebih jauh, Hashim menyampaikan bahwa perjuangan politik yang dilakukan Gerindra bukan semata mencari kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Ia bahkan mengklaim selama 15 tahun berpolitik, hartanya justru “semakin mendekati nol”, sebagai bentuk pengorbanan demi cita-cita membangun bangsa.

Melalui pidato ini, Hashim ingin menegaskan makna kekuasaan yang sejati, yaitu menjadi alat perjuangan untuk rakyat, bukan sarana mencari kekayaan. Ia mengajak seluruh kader Gerindra, termasuk GEKIRA untuk tetap rendah hati dan terus memperjuangkan keadilan sosial, pelestarian lingkungan, serta pluralisme berbasis Pancasila.

“Kita harus ingat, kekuasaan itu amanah rakyat. Dan kita harus gunakan untuk memperbaiki nasib rakyat, bukan memperkaya diri sendiri,” tutupnya.

x|close