Ntvnews.id, Jakarta - Agam Rinjani angkat bicara soal uang donasi miliaran rupiah yang digalang warga Brasil, untuk dirinya. Menurut dia duit Rp 1,54 miliar itu belum sampai di tangannya. Karenanya ia merasa aneh dengan pihak-pihak yang mempertanyakan keberadaan atau bahkan meminta uang tersebut.
"Sampai hari ini kan saya belum dapat. Itu kan masih di sana, semua sudah minta ke saya," ujar Agam di kantor Kementerian Kehutanan, Jakarta, Selasa, 1 Juli 2025.
Pihak yang menggalang dana sendiri, berjanji akan mengirimkan uang tersebut kepadanya. Diketahui, donasi ini dikumpulkan melalui platform penggalangan dana asal Brasil, Voaa.
"Nanti bakalan dikirim ke sini," ucapnya.
Agam menegaskan, dirinya akan membagikan uang tersebut apabila sudah diterimanya. Uang dibagikan kepada seluruh tim SAR gabungan yang mengevakuasi Juliana Marins, wisatawan asal Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani.
Uang juga akan dipakai untuk memperbaiki keselamatan pengunjung Rinjani.
"Kalau dikirim ke sini saya bagi-bagi ke teman-teman. Dan uang itu kami mau untuk Rinjani lebih baik," jelasnya.
Diketahui, Agam dihujat habis-habisan oleh warganet RI, gara-gara ia dinilai tak transparan soal uang donasi dari warga Brasil. Bahkan, salah seorang petugas tim SAR gabungan lainnya, kecewa dengan Agam.
"Yang membuat saya miris dan sedih adalah ketika muncul sebuah postingan bahwa ada Open Donasi Untuk Agam … ini ada apa..? Kenapa tidak memberi tau tim, perihal ini..?," tulis akun Instagram @riodansatyo.
Bahkan Rio juga memposting di InstaStory sambil menandai akun @agam_rinjani. Dia memposting donasi untuk Agam yang sudah terkumpul lebih dari Rp 1 miliar.
"Mau sampe berapa miliar bro? Kenapa harus ada donasi-donasi an bro..," tulis Rio.
Adapun Agam mendapatkan donasi, setelah dielu-elukan warga Brasil karena dinilai sigap dan berhasil mengevakuasi Juliana Marins (27). Ia dianggap pahlawan, dan dampaknya juga terlihat pada akun Instagram-nya yang kini memiliki 1,6 juta pengikut.
Sementara pemerintah RI, dinilai warga Brasil lamban dalam upaya menyelamatkan perempuan itu. Padahal, keberhasilan Agam mengevakuasi Juliana tidak terlepas dari kerja sama tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas, Brimob, Damkar, relawan dan unsur lainnya. Proses evakuasi yang memakan waktu, terjadi karena medan yang sulit serta cuaca yang kerap berubah.
Juliana sendiri dievakuasi dari jurang sedalam 600 meter, dalam keadaan tak bernyawa. Hasil autopsi sementara, menunjukkan perempuan itu bertahan hidup selama 20 menit usai terjatuh. Ia mengalami luka lecet geser di hampir seluruh tubuh korban. Utamanya di punggung, kepala, dan anggota gerak. Luka ini mengindikasikan bahwa tubuh korban tergeser oleh benda-benda tumpul saat jatuh.
Selain itu, juga ditemukan banyak patah tulang, terutama di bagian dada, punggung, dan paha. Dari kerusakan itu terjadi perdarahan hebat dan kerusakan organ-organ dalam.