Ntvnews.id, Nias Barat - Pemerintah resmi memulai peningkatan status RSUD Pratama Nias Barat sebagai bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC), dengan tujuan memperluas akses terhadap layanan kesehatan berkualitas di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Upaya ini ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit yang akan difokuskan menangani lima penyakit paling mematikan di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kunjungannya ke lokasi menekankan pentingnya peningkatan kapasitas rumah sakit tersebut agar mampu mengatasi kasus stroke, jantung, kanker, gagal ginjal, serta kematian ibu dan anak.
“Kenapa lima ini? Karena lima penyakit ini adalah penyebab kematian paling tinggi. Kalau bisa ditangani dan diselesaikan di sini, tidak perlu dirujuk ke Gunungsitoli apalagi ke Medan yang jaraknya sangat jauh,” tegas Menkes dalam keterangannya, Senin, 14 Juli 2025.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pembangunan akan disertai dengan penyediaan alat kesehatan canggih seperti cathlab, CT scan, mesin cuci darah, alat mamografi, laboratorium patologi anatomi, serta sarana kemoterapi. Dengan begitu, warga Nias Barat tidak perlu lagi menempuh jarak jauh hanya untuk mendapat layanan medis esensial.
Dalam kesempatan tersebut, Menkes juga menyoroti kendala utama pelayanan rumah sakit daerah, yakni minimnya jumlah dokter spesialis.
“Saya baru dengar rumah sakit ini belum beroperasi karena tidak ada dokter spesialisnya. Jadi, jangan hanya senang bangun rumah sakit, tapi kita juga harus pastikan ada dokternya,” ujarnya.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga ahli, pemerintah tengah memperkuat sistem pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit, sekaligus mendorong afirmasi bagi putra-putri daerah agar bisa menempuh pendidikan kedokteran spesialis dan kembali bertugas di kampung halaman mereka.
“Sistem pendidikan ini ditujukan untuk pemerataan. Putra-putri daerah akan diprioritaskan dan harus diangkat menjadi PNS,” tutur Menkes, menyampaikan pesannya kepada pemerintah daerah.
Ia juga menekankan pentingnya profesionalisme dalam tata kelola rumah sakit. Menurutnya, rumah sakit tak cukup hanya dikelola oleh dokter, tetapi juga butuh tenaga manajerial yang kompeten di bidang administrasi dan manajemen kesehatan.
“Direktur rumah sakit tidak harus dokter, tapi harus punya kemampuan manajerial yang baik. Kita juga perlu menyusun masterplan dan aturan tata ruang yang jelas agar pembangunan ke depan lebih terencana,” katanya.
Selain aspek kuratif, Menkes juga mengingatkan pentingnya pendekatan preventif melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah diluncurkan secara nasional sejak Februari lalu.
“Sebagus apa pun rumah sakit, tidak ada orang yang ingin tinggal lama di dalamnya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Cek kesehatan rutin itu penting—tekanan darah, gula, kolesterol, dan berat badan harus dijaga,” ujarnya mengingatkan.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara, H. Surya, turut menyampaikan apresiasinya atas pembangunan rumah sakit tersebut yang dianggap sebagai solusi konkret atas ketimpangan layanan kesehatan di kawasan Kepulauan Nias.
Ia memaparkan bahwa dari 207 rumah sakit di Provinsi Sumatera Utara, hanya 9 yang berada di Kepulauan Nias, dengan sebagian besar dikelola oleh pemerintah daerah, dan RSUD Gunungsitoli menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan utama bagi lebih dari 962.000 warga.
“Pemerataan layanan kesehatan tidak boleh ditunda, terutama di tengah keterbatasan infrastruktur dan tantangan geografis. Kehadiran RSUD Pratama Nias Barat adalah solusi konkret dan harapan nyata bagi masyarakat,” kata Wagub.
Pihaknya, lanjut Surya, juga berkomitmen mendukung pengembangan sumber daya manusia kesehatan, terutama dengan mendanai pendidikan dokter spesialis dari wilayah setempat.
“Saat ini baru 7 orang yang kami biayai, sementara kebutuhan dokter spesialis di Pulau Nias mencapai 21 orang. Kami ingin rumah sakit ini ke depan dikelola oleh tenaga profesional dari dan untuk masyarakat Nias,” ujarnya.
Menutup sambutannya, Wagub mengajak seluruh pihak untuk bersinergi membangun sistem layanan kesehatan yang tangguh dan merata.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Saya percaya dengan kolaborasi dan kesungguhan bersama, rumah sakit ini akan menjadi simbol kemajuan dan pusat layanan kesehatan modern. Mari jadikan hari ini sebagai awal dari sistem kesehatan yang lebih adil dan merata di Sumatera Utara,” pungkasnya.