Ntvnews.id, Jakarta - Israel meluncurkan serangan udara dahsyat ke pusat kota Damaskus, Suriah, dengan target utama kantor Kementerian Pertahanan dan area sekitar Istana Kepresidenan. Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya konflik sektarian di wilayah selatan Suriah, khususnya antara komunitas Druze dan pasukan pemerintah Suriah di provinsi Sweida.
Kementerian Kesehatan Suriah menyebutkan sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan tersebut. Ledakan besar mengguncang beberapa gedung strategis, termasuk kompleks militer Suriah yang berada tidak jauh dari pusat pemerintahan.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan bahwa operasi ini merupakan bentuk respons atas kekerasan yang menargetkan komunitas Druze di Suriah selatan. Ia menegaskan bahwa Israel tidak akan tinggal diam melihat kelompok minoritas tersebut menjadi korban dalam konflik domestik Suriah.
“Kami mengirimkan pesan tegas. Siapa pun yang mengancam komunitas Druze akan menerima balasan menyakitkan. Jika pasukan Suriah tidak menarik diri dari wilayah selatan, mereka akan menghadapi konsekuensinya,” tegas Gallant dalam pernyataan resmi yang dikutip Time.
Menurut laporan dari media internasional, rudal-rudal presisi Israel menghantam langsung fasilitas militer utama di Damaskus. Rekaman yang beredar menunjukkan kobaran api dan asap hitam membumbung tinggi dari dalam kompleks pertahanan Suriah.
Sementara itu, sumber militer Suriah menuduh Israel melakukan pelanggaran serius terhadap kedaulatan nasional. Pemerintah Suriah menyebut serangan ini sebagai “aksi agresi terang-terangan” yang tidak akan dibiarkan tanpa respons.
Sejak akhir pekan lalu, provinsi Sweida dilanda bentrokan sengit antara milisi lokal Druze dan pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar al-Assad. Kekerasan tersebut menewaskan lebih dari 250 orang, termasuk warga sipil dan anggota suku Badui, serta memicu gelombang pengungsian.
Konflik yang semula bersifat lokal itu kini meluas dan menarik perhatian Israel, yang memiliki komunitas Druze besar di wilayahnya. Pemerintah Israel mengklaim memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk melindungi sesama Druze di wilayah manapun.