Ntvnews.id, Semarang - Kementerian Agama Republik Indonesia terus memperkuat peran strategisnya dalam menggerakkan transformasi sosial berbasis nilai-nilai keislaman. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, Prof. Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag., dalam Orasi Kebangsaan Gebyar Muharram 1447 H dan Milad ke-75 Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang, Kamis (17/7).
Acara bertema “Meneladani Semangat Perjuangan Sultan Agung untuk Membangun Generasi Islami dan Berdaya Saing” ini menjadi ruang refleksi kebangsaan sekaligus afirmasi bahwa penguatan nilai keislaman melalui instrumen zakat dan wakaf adalah bagian integral dari Asta Cita Presiden RI dan Program Prioritas Kementerian Agama (Astra Protas).
“Kementerian Agama tidak hanya mengurus urusan ibadah mahdhah. Kami terlibat langsung dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Zakat dan wakaf adalah instrumen strategis untuk menurunkan kemiskinan ekstrem, menguatkan keadilan sosial, serta mempercepat peradaban yang inklusif dan religius,” ujar Prof. Waryono dalam orasinya.
Ia menekankan bahwa amanat Presiden RI dalam Asta Cita—khususnya dalam agenda peningkatan kualitas manusia Indonesia serta penguatan budaya dan karakter kebangsaan—memiliki keterkaitan langsung dengan mandat Kemenag dalam mengembangkan SDM keagamaan yang unggul, termasuk melalui optimalisasi dana sosial keagamaan.
UNISSULA Sebagai Kampus Wakaf dan Inkubator Nazhir Profesional
Dalam forum yang dihadiri seribuan peserta dan anak yatim tersebut, Prof. Waryono menyoroti pentingnya peran kampus keislaman berbasis wakaf seperti UNISSULA sebagai pusat kaderisasi nazhir dan amil profesional.
“Nazhir dan amil bukan sekadar orang baik, tapi harus punya kapasitas manajerial, koneksi dengan sektor produktif, serta melek data dan teknologi. Ini sejalan dengan Astra Protas Kemenag, khususnya penguatan tata kelola ZISWAF yang akuntabel, digital, dan berdampak,” tegasnya.
Berdasarkan data Kemenag, potensi zakat nasional mencapai Rp327 triliun, sementara yang terhimpun baru sekitar Rp41 triliun. Dari 867 ribu bidang tanah wakaf, hanya sekitar 9% yang termanfaatkan secara produktif. Sementara jumlah nazhir yang terdata baru sekitar 3.000 dari potensi lebih dari 198.000 orang.
Hal ini menunjukkan perlunya akselerasi regulasi, sinergi kelembagaan, dan intervensi pendidikan yang terstruktur. Prof. Waryono menyebut bahwa kampus dan yayasan berbasis wakaf seperti UNISSULA adalah aktualisasi konkret dari strategi pembangunan sosial berbasis komunitas keagamaan.
ZISWAF Sebagai Pilar Reformasi Sosial Religius
Orasi kebangsaan ini juga menegaskan bahwa zakat dan wakaf bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi sistem distribusi keadilan sosial yang visioner.
“Zakat langsung itu sah, tapi zakat melalui lembaga itu berjamaah—terukur, tersistem, dan berdampak nasional. Ini semangat kebangsaan yang kita rawat melalui sistem sosial Islam,” jelas Prof. Waryono.
Ia menambahkan bahwa program pengentasan kemiskinan ekstrem seperti Bantuan Langsung Sosial (BLS) Rp3 juta per keluarga perlu didukung dengan sinergi zakat dan wakaf agar tidak bersifat konsumtif, tetapi produktif dan membebaskan.
Acara Gebyar Muharram ini diselenggarakan oleh Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) sebagai wujud dedikasi 75 tahun pengabdian pendidikan dan sosial keagamaan. Hadir dalam kesempatan tersebut para tokoh nasional dan pimpinan lembaga:
• Prof. Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H. (Ketua Umum YBWSA)
• Dr. Muhammad Ja’far Shadiq, S.E., M.Si., Ak.CA (Sekretaris YBWSA)
• Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A. (Pengawas YBWSA)
• Drs. H. Ahmad Azhar (Ketua Pembina YBWSA)
• Serta segenap jajaran akademika UNISSULA dan pimpinan BWI Wilayah.
Orasi ditutup dengan ajakan untuk menjadikan zakat dan wakaf sebagai pilar reformasi sosial keislaman yang progresif, bukan simbolik semata.
“Zakat dan wakaf bukan nostalgia peradaban. Ini adalah masa depan. Dan kita di Kemenag berkomitmen memajukan keduanya demi Indonesia yang adil, religius, dan berkemajuan,” pungkas Prof. Waryono.