Ntvnews.id, Washington - Sekitar 200 personel militer Amerika Serikat disiapkan untuk bergabung dalam pasukan multinasional yang bertugas memantau dan membantu pelaksanaan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, menurut keterangan pejabat pemerintah AS pada Kamis, 9 Oktober 2025.
Salah satu pejabat yang enggan disebutkan namanya menyampaikan bahwa tidak ada personel AS yang akan ditempatkan langsung di wilayah Gaza.
“Lokasi penempatan pasukan tersebut akan dibahas lebih lanjut pada Jumat,” ujarnya.
Menurut pejabat itu, pasukan AS awalnya akan mendirikan “pusat kendali bersama” sebelum bergabung dengan pasukan dari negara lain untuk menghindari potensi konflik dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) serta membentuk struktur pasukan yang sesuai untuk melaksanakan misi yang telah ditetapkan.
Baca Juga: Indonesia Sambut Baik Gencatan Senjata Hamas–Israel, Siap Bantu Rekonstruksi Gaza
Komandan Komando Pusat AS (CENTCOM), Laksamana Bradley Cooper, disebut akan “mengawasi, memastikan tidak ada pelanggaran atau penyusupan. Semua pihak khawatir akan tindakan pihak lain,” kata pejabat lainnya.
“Sebagian besar tugas ini akan menjadi pengawasan,” tambah pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan bahwa pasukan AS yang terlibat berjumlah hingga 200 personel yang sudah ditempatkan di CENTCOM.
“Mereka akan bertugas memantau kesepakatan damai di Israel dan akan bekerja sama dengan pasukan internasional lainnya di lapangan,” tulisnya melalui platform media sosial X.
Salah satu pejabat lainnya juga menyebutkan bahwa AS tengah berunding dengan beberapa pemerintah terkait pembentukan “Pasukan Stabilisasi Internasional” yang akan menggantikan pasukan Israel di Gaza, khususnya di sepanjang wilayah yang disebut sebagai “garis kuning.”
Baca Juga: BPJPH: 9,6 Juta Produk Indonesia Sudah Bersertifikat Halal
Istilah “garis kuning” merujuk pada area yang diperkirakan akan menjadi bagian dari penarikan awal Israel, sebagaimana tercantum dalam rencana Presiden Donald Trump.
“Setelah itu akan ada diskusi dan kemudian kita akan melihat apakah benar-benar ada jalur yang nyata untuk, saya kira kita menggunakan istilah penonaktifan instalasi militer di Gaza dan senjata berat sebagai langkah awal untuk mewujudkannya,” ucap salah satu pejabat.
Presiden Trump pada Rabu mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui fase pertama dari rencana gencatan senjata 20 poin yang ia umumkan pada 29 September. Fase pertama mencakup penghentian pertempuran di Gaza, pembebasan seluruh sandera Israel dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina, dan penarikan bertahap pasukan Israel dari seluruh Jalur Gaza.
Baca Juga: Erick Thohir Tanggapi Penolakan Atlet Israel di Kejuaran Dunia Senam Artistik 2025
(Sumber: Antara)