Ntvnews.id, Bamako - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Mali mengimbau seluruh warga negara Amerika untuk "segera pergi" dari Mali. Seruan tersebut disampaikan menyusul meningkatnya ancaman keamanan akibat blokade bahan bakar yang dilakukan oleh kelompok militan yang memerangi pemerintahan militer Mali, sehingga kehidupan sehari-hari masyarakat semakin berbahaya.
Sejak September lalu, kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dilaporkan menargetkan truk-truk pengangkut bahan bakar, terutama yang datang dari Senegal dan Pantai Gading dua jalur utama transit barang impor menuju Mali.
Dilansir dari AFP, Kamis, 30 Oktober 2025, Kedutaan Besar AS menyatakan melalui situs resminya bahwa warga Amerika "harus segera pergi menggunakan penerbangan komersial", dengan alasan adanya "ketidakpastian situasi keamanan Bamako".
Menurut Kedutaan AS, warga menghadapi berbagai kesulitan, termasuk "gangguan pasokan bensin dan solar yang berkelanjutan, penutupan lembaga-lembaga publik seperti sekolah dan universitas di seluruh negeri, serta konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara pemerintah Mali dan elemen-elemen teroris di sekitar Bamako".
Baca Juga: Penembakan Massal Guncang Ibu Kota Amerika Serikat
Kedutaan juga memperingatkan bahwa "rute darat ke negara-negara tetangga mungkin tidak aman untuk perjalanan karena serangan teroris di sepanjang jalan raya nasional", meskipun bandara internasional di Bamako dikonfirmasi masih beroperasi.
Kelompok militan yang dikenal sebagai Group for the Support of Islam and Muslims (JNIM), atau Jama’at Nusrat al-Islam wal-Muslimin dalam akronim Arabnya, belakangan ini berupaya mengisolasi ibu kota Mali, Bamako, dengan meningkatkan aktivitas bersenjata di jalur-jalur utama sekitarnya.
Baca Juga: Geger Parasit Pemakan Daging pada Manusia Terdeteksi di Amerika Serikat
Sebelumnya, pada Jumat lalu, Departemen Luar Negeri AS telah mengizinkan personel non-darurat dan keluarga pegawai pemerintah Amerika untuk meninggalkan Mali karena meningkatnya risiko keamanan.
Mali sendiri telah menghadapi krisis keamanan selama lebih dari satu dekade akibat kekerasan yang dilakukan oleh kelompok militan berafiliasi Al-Qaeda dan ISIS, ditambah maraknya aktivitas geng kriminal. Negara tersebut juga mengalami dua kali kudeta, pada tahun 2020 dan 2021, dan kini diperintah oleh junta militer yang masih berjuang menekan kelompok-kelompok bersenjata di wilayahnya.
Ilustrasi. Bendera Amerika Serikat