Peran Haniyeh dari markasnya di Doha sangat krusial, terutama karena negosiasi gencatan senjata masih berlangsung di tengah situasi Gaza yang semakin memburuk. Kematian Haniyeh menyebabkan kebingungan di Qatar, karena gencatan senjata diperkirakan akan semakin sulit tercapai akibat peristiwa ini.
Qatar, bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat, berfungsi sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza. Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani meragukan keberhasilan proses tersebut.
"Pembunuhan politik dan terus berlanjutnya serangan terhadap warga sipil di Gaza sementara perundingan masih berlangsung menimbulkan pertanyaan: bagaimana mediasi bisa berhasil jika satu pihak membunuh negosiator dari pihak lainnya?" kata Al Thani, seperti dikutip Reuters.
Calon Pengganti
Pemimpin politik Hamas berikutnya kemungkinan besar adalah seorang tokoh yang tinggal di luar Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sebab, jabatan tersebut mengharuskan pemimpin melakukan perjalanan demi menjalin hubungan politik dan diplomatik.
Baca Juga: Respons Tak Terduga AS atas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Dilansir dari New York Times, mantan pemimpin biro politik Hamas, Khaled Meshal, kemungkinan akan menjadi calon pengganti Haniyeh.