Dalam kondisi tertinggal dua set, Jakarta LavAni berusaha mengejar di set keempat. Mereka langsung tancap gas melalui aksi yang ditunjukkan Farhan Halim dan Renan Buiatti dengan meraih lima poin berturut-turut untuk unggul 8-6.
Jakarta LavAni mampu menjaga keunggulan hingga lima poin di pertengahan set dengan skor 15-10. Namun Jakarta Bhayangkara Presisi lagi-lagi memanfaatkan serve error pemain Jakarta LavAni dan mencatatkan empat poin berturut-turut untuk membalikkan keadaan 20-19.
Kejar mengejar poin terus terjadi di penghujung laga, namun Jakarta Bhayangkara Presisi mampu mengunci set keempat dengan kemenangan 25-23.
Dengan kemenangan ini, membuat Jakarta Bhayangkara Presisi sukses membalaskan dendam di dua partai final sebelumnya, usai takluk dua kali berturut-turut atas Jakarta LavAni.
Ini sekaligus menjadi gelar Proliga ketiga bagi Jakarta Bhayangkara sepanjang sejarah. Dua gelar sebelumnya diraih saat masih mengusung nama Surabaya Bhayangkara Samator.
Sedangkan ini menjadi kekalahan perdana Jakarta LavAni di babak final, usai mencatatkan dua kemenangan dari tiga babak final di tiga musim berturut-turut. Kekalahan ini juga memupus harapan tim asuhan Nicholas Vives tersebut untuk mencatat sejarah sebagai tim pencetak hattrick pertama di ajang Proliga.